Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2013

Cerita Perempuan: Foto-Foto di Le Bistro

Ia datang, seperti biasa, dengan ketegasan yang kemayu.  Berjalan mendekat diiringi alunan lawas Brassens.  Blazer jingga gelap, pasmina wol kasmir, bucket bag, dan sepatu mid heel berwarna beige.  Senyumnya seperti aroma parfum mahal perancis yang dipajang di pertokoan lux Champs de Élysées , membuat seluruh kepala di Le Bistro ini menoleh untuk menghirup wanginya.  Sebuah pelukan dan ciuman di pipi kanan kiri, seperti biasa juga, menjadi awal makan malam kami yang panjang. "Nih....baca!"sebuah tulisan dalam tanda petik pada sebuah kertas memo merah jambu diangsurkannya ke depanku. Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki,  kenapa cinta tidak bisa membuat lelaki bertahan pada satu perempuan? "Wanita muda, cantik, sholehah.  Kamu bisa lihat aura wajahnya, pakaiannya, dan senyumnya."kali ini sebuah foto ukuran kartu pos dengan efek sephia maju mendekati gelas air mineralku. Wanita cantik bermata sipit. "Ibu dari dua putra

Cerita Perempuan: Rendezvous Flamboyan

Sore kesekian.  Pada suatu pancaroba menjelang musim basah.  Ketika nafasnya beraroma bunga flamboyan.  "Mas Ardika akan segera menjadi seorang ahli geotermal.  Kami akan menghadiri wisudanya dua bulan lagi.  Anakku itu gagah sekarang." suaranya tenang.  Tangannya konstan bergerak membersihkan guguran bunga-bunga yang basah. "Titip salam untuk Om Dimas katanya.  Wajahmu abadi di kepalanya, Mas." senyumnya mengembang.  Ada kelumitan masa lalu yang bergerak lambat dimainkan waktu di depan matanya.   Kenangan yang jauh berjarak darinya sekarang, tetapi begitu dinikmatinya, walaupun dulu hampir tidak ada satu pun orang-orang yang mengerti dengan apa yang mereka jalani, rasai, dan nikmati.  Hanya mereka berdua yang mengerti bingkai bernama apa yang akan mereka pasangkan pada kisah yang mereka jalani saat itu. "Mas Arya telah menetap.  Tidak lagi wara-wiri seperti dulu. Kami bahagia."entah apa  kumpulan bunga flamboyan pastel itu dapat menangkap lir

Efek Meluk Hamzah

Memeluk hamzah ketika tidur itu sesuatu sekali. Aroma minyak telon dan bedak bayinya itu lho...menimbulkan efek menenangkan dan membahagiakan yang tiada bandingnya. Pengen meluk lagi..lagi..dan lagi...

Komandan Koboi

Di Mata Najwa malam ini ada Ko Ahok, Pakde Mahfud, dan Paklek Dahlan Iskan. Para komandan koboi yang menurut saya sangat pantas dicalonkan (catat:dicalonkan!) untuk maju tahun depan. Mereka tidak pengeluh dan perasa,  sepertinya mereka akan seperti bung karno yang selalu membesarkan hati rakyatnya, dan yang paling penting banyak hal telah membuktikan  mereka adalah orang-orang apa adanya, jujur, dan amanah. Jujur dan amanah, dua karakter yang langka ada pada orang-orang yang dicoblos ribuan rakyat di dua periode pemilu terakhir.  Lalu, diantara tiga komandan koboi yang sedang tayang ini, siapa yg akan saya jagokan? Hehe...! Bingung! Masih tahun depan kan? Which means I still have time to think and choose the best cowboy for leading this country. Yang paling penting juga berdoa semoga betulan di antara tiga komandan koboi yang sedang dipajang di depan ratusan mahasiswa di Universitas Negeri Malang ini yang maju untuk dipilih tahun depan agar adalah perubahan yang positif pada nege

Hope She Will Be Fine

Seorang ibu...tetaplah akan menjadi ibu bagi anaknya.  Kasih sayang dan cinta mereka tidak pernah cukup didefinisikan dengan kata, idiom, peribahasa, atau selaksa kumpulan ungkapan bijaksana.  Seorang ibu, akanlah tetap menjadi ibu bagi anaknya.  Cinta dan kasih sayang mereka adalah kalimat dalam bilangan ribuan belaian di kepala, cemas tak bertepi pada usapan di dahi panas buah hati yang sedang tak begitu sehat, jutaan nama yang sama yang tak pernah bosan dilafazkannya dalam setiap doanya, pada buliran peluh yang tak terhitung disetiap gerak raganya membesarkan buah hatinya.  Karena seorang ibu...abai dengan segala rupa hitung-hitungan jasa yang berbalas.  Tidak ada hitungan plus minus untuk apa yang telah diusahakannya bagi anak-anaknya.  Dan perempuan itu,  telah renta, disaat tubuh telah berada pada batas masa dimana seluruh tenaga tercurah habis untuk membesarkan dan menjadikan berhasil anak-anaknya pada jenjang pendidikan yang dipandang orang.  Ketika seharusnya ia sudah bisa

MORAL MANUSIA INDONESIA

(Sarlito W. Sarwono) Tiada bayi yang lahir sudah bermoral. Karena itu wajar kalau anak sampai umur tiga atau empat tahun berbuat suka-suka dia sendiri. Ia bisa bermain sama teman-teman seusianya sambil berlari-larian dan menjerit-jerit tanpa peduli ada mbahnya yang sakit, atau tetangga yang kebisingan. Baru sesudah orangtuanya marah, dia berhenti. Jadi dia berbuat baik (tidak menganggu orang) karena takut dimarahi mamanya, takut kena hukuman. Atau bisa juga karena mamanya mengiming-imingi permen atau mainan. Jadi anak menurut karena mencari hadiah. Psikolog Lawrence Kohlberg (1927-1967) menyebut perilaku anak yang seperti itu sebagai tahap paling awal dari perkembangan moral, yang dinamakannya tahap “taat karena ganjaran (reward) atau hukuman (punishment). Ketika anak itu lebih besar, sekitar enam sampai sepuluh tahun, dia tidak menunggu dimarahi atau diiming-imingi hadiah, melainkan sudah menilai situasi yang menguntungkan atau merugikan untuk melakukan atau tidak me

Epilog dan Refleksi

(Sebuah epilog dari "Segenggam Iman Anak Kita" dari majalah Hidayatullah .  Sepotong bahan renungan dan refleksi untuk saya, seorang ibu, yang selalu merasa betapa waktu begitu berlari, menebarkan debu magisnya, membuat Rio kecil saya yang terasa masih sedang bermanja bergelayut mesra dipelukan saya, tiba-tiba telah akan menyudahi enam tahun awal pendidikan dasarnya dan segera memasuki periode awal masa remaja yang membuat saya harus terus membuka mata dan telinga serta menajamkan indera keenam saya.  Kekritisannya dari segala keingintahuannya pasti akan tak terbendung.  Saya yang harus siap kapan saja menampung tanyanya, memutar otak, mengolah kata, untuk menyampaikan setiap jawaban dari semua tanyanya dengan bahasa yang akan lezat dicerna kepalanya dan dipahaminya.  Ah, Nak.....betapa bunda akan menyesali setiap waktu yang terbuang percuma diantara kita, yang seharusnya bunda tandai dengan setiap elusan di kepalamu, ciuman kecil dipipimu, dan gelak tawa kita.  Tetapi perca

Suatu Ketika Nanti

Bumi benar berputar dan musim sungguh berganti.   Belum sampai setengah jam saya menonton Negeri 5 Menara, saya mulai galau sendiri, mata saya tanpa dipinta berkaca-kaca.  Terbayang suatu ketika nanti, jika umur panjang, Allah akan menyampaikan masanya dimana saya harus melepas Rio dan Hamzah pergi menjauh dari sisi saya untuk mencari takdirnya sendiri, dan kami tak mungkin bisa ikut serta, selain berdiri pada batas gerbang yang kami bangun dengan cinta dan didikan.    Sebagai seorang ibu, saya sungguh tak ingin sedetik pun jauh dari buah hati yang saya besarkan dengan tangan saya, yang saya uruskan segala rupa kebutuhan mereka mulai dari kecil lagi.   Tetapi mungkin mimpi dan angan saya akan kehidupan mereka ke depan bisa jauh melampaui apa yang mereka sendiri impikan dan bayangkan. Benar Khalil Gibran dengan bijak pernah berkata bahwa sesungguhnya anakmu bukanlah anakmu .   Anak-anakmu adalah darah dagingmu, nyawamu pun bahkan bisa kau berikan kepada mereka, tetapi mereka