Skip to main content

Posts

Showing posts from June, 2010

Budaya Basa Basi...Maka Makan Hati....

Ternyata bukan hal yang mudah untuk selalu mengerti orang lain ya. :)) Apalagi menuntut orang lain untuk mengerti kita. Banyak yang dipelajari ketika melihat, mengamati, dan bergaul dengan berbagai jenis orang dari berbagai latar belakang di negeri kincir angin ini. Banyak sekali, kawan. Tetapi paling susah dan rumit setengah mati untuk mengerti dan memahami orang-orang yang justru berlatar belakang budaya yang sama. Anehkah terdengar? Memang iya. Kalau sudah begini, baru teringat kembali pada Pramoedya. Baru bisa menangkap maksud penemuan jati dirinya ketika ia justru berada di negeri orang. Bukan di negerinya sendiri. Hmmm........ Mungkin karena di dalam budaya kita, terlalu banyak tenggang rasa, terlalu banyak dituntut untuk bisa memahami dan menangkap maksud yang disampaikan orang lain melalui sinyal-sinyal yang jujur saja tidak semua bisa mengartikannya dengan mudah. Sialnya lagi...yang seperti ini selalu bikin makan hati dan CD alias Cape Deh! Mungkin ada bagusnya juga pu

Sosialisme Menjadi-jadi di Belanda? Bagaimana mempergunakan 52% pajak dengan baik dan benar.

Ketika Perdana Menteri Belanda Jan Peter Balkenende merekomendasikan sistem ekonomi Belanda yang berdasarkan negosiasi kepada dunia, penulis dan sosiolog Amerika Russel Shorto is membantunya dengan mempromosikan sistem pajak Belanda. Akankah administrasi Obama meniru Belanda? Pada sebuah artikel di New York Times yang menceritakan pengalamannya tinggal di Belanda, Shorto membagi traumanya atas nomor 52. "Pada beberapa bulan pertama saya dihantui nomor 52. Nomor itu selalu lekat di otak saya; saya merasa seperti tahanan yang berusaha melarikan diri dari nomor itu," tulisnya. Nomor 52 adalah besar prosentasi pajak penghasilannya. Di Belanda, semakin rendah gaji seseorang, semakin rendah pula pajaknya. Semuanya termasuk Sebagian besar pajak dikembalikan lagi pada pembayarnya, catat Shorto. Orangtua yang memiliki anak sampai usia 18 tahun menerima tunjangan anak sebesar seperempat kali gaji, untuk menutup biaya membesarkan anak. Dengan skema yang sama, orangtua juga m

Yang Selalu Ingin Ku Ulangi...

Yang ingin lagi ku ulangi bersama orangtuaku. Jika saja mungkin (walaupun pasti mustahil): 1. Kembali ke penghujung usia 6 tahun. Masa ketika TK telah usai. Masa ketika mama mendandaniku dengan begitu bersemangatnya. Menyisir rambut ikalku dengan sedemikian rupa dan menggantungkan anting-anting lucu dari kulit kerang ditelinga mungilku, hadiah nenek dari Surabaya. Lalu membawaku kepada papa. Papa menggandeng lenganku, membantuku naik ke Honda merahnya, dan meluncur ke sebuah studio foto. Pas foto untuk syarat masuk SD. Pas foto hitam putih yang tahun lalu, ku temukan masih tersimpan di dalam laci lemari mama. 2. Kembali ke bangku kelas 1 SD. Ketika huruf demi huruf telah bisa dirangkai menjadi kata. Lalu tak sabar menunggu papa pulang dan membawaku keliling kota di sore hari. Hanya ingin membaca semua papan reklame di sepanjang jalan dengan suara keras dan mendengar papa membenarkan setiap rangkaian kata yang kurang tepat. 3. Masih di kelas 1 dan berlanjut hingga S