Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2012

Kabar Duka dari Ana

Apa ini yang namanya telapati? Pukul 10.40 WIB hari ini entah mengapa saya mengirimkan sebuah pesan singkat kepada Ana, sahabat saya di Pidie, Aceh.  Hanya sebuah pesan yang benar-benar singkat.  I miss u, Ana.  Sebuah tulisan berjudul Republik Indonesia Kilometer Nol di blog Andreas Harsono mengingatkan saya pada janji Ana, jika suatu saat nanti ada salah satu di antara kami teman-temannya sampai di kampung halamannya, maka ia akan membawa kami ke Sabang, tempat dimana kilometer nol negeri ini berada.  Tetapi balasan pesan singkat itu sungguh tidak saya harapkan.  Pukul 13.25 Ana membalas pesan singkat saya 'Innalilahi wa inna ilaihi raji'un.  Sa, mamak dah meninggal td jam 7 di rs'.  Apa yang bisa saya katakan?  Yang hadir di kepala saya hanya kelebatan bayangan tentang cerita-cerita ana mengenai mamaknya waktu kami di negeri orang.  Dan juga usahanya untuk menabung demi menunaikan cita-cita maha indah sang bunda yang ingin menunaikan ibadah haji ke tanah suci. Semo

Hamzah Lagi

Hamzah, tau ga? Bunda paling senang kalo ada yang tanya apa kabar Hamzah sekarang.  Karena itu berarti bunda akan bicara dalam waktu yang lama.  Menjelaskan semua kemajuan yang ada pada Hamzah.  Seperti siang ini, Nak. Oma Ermi tanya 'Hamzah sudah bisa apa saja?' Bunda langsung dengan bersemangat menjawab....'Waaah....banyak bu.  Sudah bisa melambaikan tangan, bertepuk tangan, memanggil ayah, ngomel-ngomel, minta di tatah terus, ga betah lama di baby walker, kalo ga mau di tatah, maunya di gendong, trus rasa ingin tahunya semakin tinggi.  Bla...bla....bla....." Love you, Son.

Ketika keduanya pulas

Super sekali rasanya mengurus anak-anak sendiri.  2 jagoan disaat ayahnya pergi mendampingi rombongan programmnya untuk study banding ke pulau Jawa.  Ketika keduanya pulas.  Saya amati satu persatu wajah manis itu. Aaah...beruntung...beruntung....beruntuuuuung sekali bisa memiliki mereka berdua, dipercaya Allah untuk memiliki mereka, memanggil mereka 'My dear sons', dan merawat serta mendidik mereka hingga besar nanti. Ketika keduanya pulas.  Lelap dalam tingkahan mimpi.  Saya meresa menjadi wanita yang diberkati karena dengan kemurahan hati-Nya, saya diberi kesempatan untuk dipanggil...'Bunda'.   Apa yang bisa menandingi keindahan panggilan itu? Ketika keduanya pulas.  Meringkuk di dalam selimut.  Saya begitu bahagia karena mereka sangat bergantung kepada bundanya ini.  Seperti selimut dan dingin malam.  Mau apa saja.  Mau makan, minum, tidur, mandi, belajar, apaaaa saja.  Saya sungguh bahagia.  Tak terkira. Ketika keduanya pulas.  Saya tinggalkan kecupan di da

Antrian Terus Berjalan

“Mereka sehidup semati ya”.              Kalimat itu yang pertama kali saya dengar begitu menjejakkan kaki di kantor.   Sebuah kelanjutan dari pesan singkat yang saya baca pukul 10 tadi malam.   Tentang berpulangnya ayahanda dari istri rekan sejawat kami.   Padahal belum usai tangis yang mengeringkan air mata, meratapi kepergian ibundanya tercinta yang tak genap dua minggu lalu.           Allah SWT telah menggariskan takdir kita sendiri-sendiri.   Menulis kapan, dimana, dan dalam kondisi apa kita akan berpulang menghadapnya.   Apakah ketika masih muda, ketika fisik sedang gagah-gagahnya, atau disenja usia yang memutihkan setiap helai rambut kita? Apakah kita akan pergi dengan tenang, dengan menggenggam tangan pasangan kita, dikelilingi anggota keluarga tercinta? Atau justru sebaliknya? Terpuruk sendiri dan pergi dengan didera rasa sakit yang menggerogoti raga?           Allah juga yang mengatur dari semulanya bahwa orangtua teman kami yang telah berpulang dengan jarak yan