Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2011

I love you, Om.

Teringat masa kecilku kau peluk dan kau manja Indahnya saat itu buatku melambung Disisimu terngiang hangat napas segar harum tubuhmu Kau tuturkan segala mimpi-mimpi serta harapanmu Kau inginku menjadi yang terbaik bagimu Patuhi perintahmu jauhkan godaan Yang mungkin ku lakukan dalam waktu ku beranjak dewasa Jangan sampai membuatku terbelenggu jatuh dan terinjak Tuhan tolonglah sampaikan sejuta sayangku untuknya Ku terus berjanji tak kan khianati pintanya Ayah dengarlah betapa sesungguhnya ku mencintaimu Kan ku buktikan ku mampu penuh maumu Andaikan detik itu kan bergulir kembali Ku rindukan suasana basuh jiwaku Membahagiakan aku yang haus akan kasih dan sayangmu Tuk wujudkan segala sesuatu yang pernah terlewati. (Ada janji untuk bersua yang belum sempat Isa tunaikan, Om. Tetapi waktu ternyata tidak berpihak pada kita. Janji Isa ternyata tak sejalan dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Ia lebih dulu ingin Om menemui-Nya. Semoga Allah SWT memudahkan dan menerangi

High Heeled Warriors

Selesai menunaikan tugas rutin di pagi hari (menyiapkan pakaian kerja suami, pakaian sekolah Rio, dan duduk manis menemani Rio sarapan), berlanjut dengan sedikit ME TIME sebelum lanjut ke dapur dan bersiap-siap ngantor. Buka kompas elektronik sambil ngeteh dan baca-baca cepat, lucky me bertemu yang satu ini. HIGH HEELED WARRIORS. Apa itu HHW? Let's check it out! You, guys, might be one of them. Thus, there is no excuse not to be proud of yourself. Kompas.com- Studi psikografi terkini terhadap perempuan Asia yang diadakan oleh Universal Networks International bekerja sama dengan Synovate menghasilkan potret perempuan urban modern yang unik. Universal Networks International (UNI) menyebutnya sebagai High Heeled Warriors, yakni potret perempuan yang menghadapi berbagai tugas dan harapan, tetapi menjalaninya dengan kekuasaan, kecerdasan, dan kemampuan yang kian meningkat. Riset High Heeled Warriors di Asia ini menggambarkan perempuan yang berambisi dalam karier, juga k

Potret dari Journalist on Duty

Entah apa yang ada di kepala para petinggi negeri dan daerah ketika melihat sekolah-sekolah beratap rumbia, berdinding bambu, berlantai tanah, dan bergurukan dua orang untuk enam kelas. Apa yang ada di hati mereka ketika mendengar para guru honorer berdedikasi itu berkata….”kami bertahan demi anak-anak”. (saya dalam termangu di depan Journalis on duty: liputan daerah di NTT) Seorang wanita cerdas, anggota DPD NTT, di dalam tayangan yang meretas realita kehidupan di timur Indonesia itu, mengatakan bahwa bukan tanah nenek moyang mereka yang membuat nasib begitu banyak rakyat di daerah tersebut belum terjamah manisnya pendidikan, teknologi, dan kehidupan yang layak, tetapi lebih kepada ketiadaan hati para pemangku kepentingan rakyat (baca: pemimpin dan pejabat) yang hanya sibuk berasyik masyuk dengan kepentingan pribadi mereka sendiri. Pejabat atau pemimpin disana lebih fokus pada belanja barang yang menguntungkan pribadi dan kalangan mereka, seperti pembelian m