Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2014

Petuah Sahabat

(www.flickr.com) Sahabat saya belum lama ini menasehati saya.  Katanya berhentilah memberatkan hati dengan ketidakikhlasan memaafkan terhadap kesalahan yang dilakukan seseorang kepada kita.  Seperti lirik the moffats yang mengatakan bahwa hidup ini terlalu singkat untuk dilalui dengan sakit hati.  Capek.  Dan itu betul.  Saya tidak menyangka perubahan positif tidak hanya terjadi pada penampilannya saja tetapi juga hatinya dan itu memberikan pengaruh yang luar biasa dalam menjalani hari-harinya.  Lalu saya belajar mengikuti petuahnya itu. Saya mencoba berdamai dengan hati saya yang payah.  Alhamdulilah memang semua terasa lebih baik ketika mengikuti sarannya untuk menikmati tiap detik waktu yang kita tidak tahu kapan akan berakhir. Saya lebih merasa ringan tanpa beban dan selebihnya saya serahkan kepada Tuhan. :)

Sunday Funday

Beginilah dunia kami di setiap hari minggu. Pagi nyarap ketupat gulai pakis di tempat sarapan langganan (nanti ya..selekasnya saya akan bahasa tempat sarapan ini...), ke rumah orangtua, ajak ponakan jalan, lalu ke playground langganan Hamzah setelah rampung emaknya belanja, lalu ketika si kriwil asik bermain, si emaknya ini akan menikmati kompas minggu sambil sesekali mengawasi si kriwil.     Sebenarnya sih tidak terlalu mengawasi juga karena ayahnya ada dan always stand by him.  Cuma sesekali ada juga melirik si kriwil untuk memastikan dia baik-baik saja dan tidak keluar dari arena bermain.  Just to inform...(abaikan)...menemukan si kriwil di antara sekian banyak bocah-bocah yang berlarian di arena bermain yang padat pada Minggu siang itu bukan sesuatu yang sulit untuk dilakukan karena kriwilnya itu looohh...rambut kriwilnya  yang suka ngeper-ngeper kalo dia melompat atau berlari sungguh sangat membantu.  Seperti siang ini...he is the only curly toddler there.  Hehe..! Al

Hamzah's Story: Pohon Hijaiyah dan Empat Huruf Pertama

Berterima kasihlah kepada Tante Non (begitu Tante Mega biasa dipanggil) karena atas informasinya bunda sukses menemukan media yang bagus (sangat bagus malah) untuk pengenalan awal  huruf-huruf hijaiyah buat Hamzah dua minggu yang lalu.  Sebelum membeli pohon itu di Mahabbatullah Anak Sholeh di sentra pertokoan yang menjual produk-produk Islami, siangnya Bunda dan Tante Non sudah hunting kartu-kartu hijaiyah di Gramedia, dapat sih...tapi menurut Tante Non kurang menarik untuk batita.  Ok then...she told me where to buy the tree.   Sorenya dapatlah pohon itu.  Pohon hijaiyah plus dua pedang-pedangan berlampu untuk Hamzah dan Abang Berry.  Malamnya kita buka pembungkus pohon itu bersama...langsung di pajang di depan Hamzah dan Hamzah  antusias.  Kita duduk di depan pohon itu berdua usai ayah pamitan ke Ratu untuk memberikan penataran K13 yang padahal sebenarnya sedang dievaluasi oleh Pak Menteri yang baru....:).  Kelas malam kita dimulai. Bunda sebutkan empat huruf pertama, han

A self-reminder: Mengapa harus 'berhitung'?

"Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa menutupi (aib) saudaranya, maka Allah akan menutupi (aib) orang itu di dunia dan di akhirat.  Barangsiapa menyelesaikan masalah yang dihadapi saudaranya, maka Allah akan menyelesaikan suatu masalah di antara masalah-masalah yang dihadapinya saat hari kiamat.  Barangsiapa mencukupi hajat saudaranya, maka Allah akan mencukupi hajatnya." diriwayatkan oleh Ahmad (16511). (artikelislami6.blogspot.com) Dengan mengabaikan penjelasan pada catatan kaki mengenai hadist yang diriwayatkan oleh Ahmad di atas bahwa hadist tersebut sahih namun ini isnad yang dhaif, saya yakin bahwasanya akan selalu ada reward untuk kita sebagai balasan dari setiap kemudahan dan kelapangan yang kita berikan pada siapa saja yang membutuhkan.  Segala bentuk kebaikan yang telah kita berikan kepada orang-orang yang membutuhkan tidak akan selalu berbalas dalam bentuk yang sama seperti yang kita berikan kepada mereka, tetapi Allah Maha Tahu yang kita butuh

Surat Untuk Bang Lukman

   Dear Abang , Let me tell you the reason why I'll shake my head for salted eggs. Duluuuu...jamannya masih jadi mahasiswa yang segar muda belia di Padang,sistamu ini paling suka wara-wiri ke banyak tempat pas weekend, apalagi kalo akhir pekannya menempatkan diri di tanggal tua.  Sukanya ikuuuut aja ma teman sekamar atau teman kos lain yang punya kampung halaman dalam kawasan Sumbar...ya itu tadi...namanya anak kost di penghujung bulan, harus pintar-pintarlah memanfaatkan pertemanan untuk survive, ya toch? Jadilah akhirnya sistamu ini paling sering ikut (kadang-kadang maksa ikut) teman sekamar pulang ke rumahnya di Batu Balantai, Candung, Ampek Angkek.  Sudah pernah ke sana, bro? Belum kan? Aaahh....jangan ngaku sudah ke Sumbar kalo belum merasakan dinginnya malam memelukmu hingga dalam selimut di salah satu bilik rumah bagonjong di kaki Marapi di Batu Balantai dan dibangunkan oleh keriuhan ciap anak ayam di bawah lantai bilik rumah bertanduk kerbau ketika matahari menginti

Tidak lagi-lagi...!

"Tambah, Bang?" Kepalanya menggeleng.  "Udah, cukup."jawabnya sambil menyudahi suapan terakhirnya.  Masih ada semangkuk kerang yang harus juga diselesaikan secara adat...hehe... jadi memang agak beresiko kalau harus tambah nasi lagi. Menu makan siang yang dipilihnya hari ini adalah ikan gabus cabe ijo, gulai daun ubi, dan rempeyek udang.  Si Nyonya menjatuhkan pilihan pada lele goreng, sambal terasi, dan tahu kecap....plus itu tadi....semangkuk kerang yang baru saja dimasak. Lele gorengnya enak.  Digoreng sedang, tidak terlalu kering, dan hebatnya tidak amis.  Menurut saya itu hebat lho...karena tidak semua orang bisa sukses menggoreng lele, mengeyahkan bau amisnya, apalagi ketika lele digoreng setengah kering atau tidak kering sama sekali.  Ikan cabe ijo yang dipiring suami juga saya cicip dan lumayanlah.  Kerang rebusnya yang agak mengecewakan karena jauh diluar ekspektasi saya yang memang penggila kerang dan sejenisnya.  Tetapi usai makan

Doa

Coba tunjuk tangan siapa yang tidak pernah berdoa selama hidupnya? Hehehe....! Ketauan sekali saya dulu pernah mengajar di SD ya...pakai acara tunjuk tangan segala.  Ga papa lah ya sebagai pengantar untuk kisah nyata dibawah ini yang telah diterjemahkan oleh salah satu ustad favorit saya, yaitu ustad Firanda Andirja.   Cerita yang saya kopi dari laman Ustad Firanda Andirja   ini patut kita baca dengan sungguh-sungguh.  Untuk saya pribadi, artikel ini sangat luar biasa.  Jujur...saya salah satu tipe orang yang paling sukanya berdoa kalau hanya butuh saja pada pertolongan Tuhan dan biasanya dalam kesempitan atau pas kepepet, untungnya Allah itu bukan makhluk sehingga Ia tetap mendengarkan doa-doa saya dan alhamdulilah mengabulkan hampir semua doa yang saya panjatkan.  Tetapi....saya tetap saja terkadang (baca:sering) lengah, ketika doa saya terkabul, keinginan saya dapati, saya malah menjauh dan lupa untuk kembali berdoa.  Lupa bersyukur malahan.  Kelewatan ya.  Tetapi hari ini, me

Ayah Saya dan Cintanya

Melewati sebuah rumah makan di pinggir jalan dengan deretan mobil-mobil yang parkir di depannya, ditingkahi aroma ikan bakar kecap yang semerbak, saya ingat suatu hari saya pernah menikmati makan siang yang telah begitu telat berdua dengan ibu saya di rumah makan itu. "Hidangannya tidak ada yang luar biasa di rumah makan itu, Pa.  Biarpun begitu, selalu ramai."ujar saya pada ayah saya yang sedang menyetir mobil.  "Tetapi justru disitulah bisa kita lihat betapa Allah itu adil ya, Pa.  Seandainya saja semua orang memiliki selera ikan bakar yang sama, pastilah hanya satu rumah makan saja yang laris tetapi ternyata Allah itu memberikan rezeki dengan ukuran enak yang berbeda pada setiap lidah orang.  Enak buat kita ternyata bisa berbeda untuk orang lain.  Karena berbeda itu, makanya rumah makan itu laris manis." Ayah saya tersenyum.  Saya pikir beliau akan menimpali ucapan saya dengan mengusung ayat-ayat suci dari Tuhan yang selalu dibacanya pagi dan petang di ru