Skip to main content

Hope She Will Be Fine


Seorang ibu...tetaplah akan menjadi ibu bagi anaknya.  Kasih sayang dan cinta mereka tidak pernah cukup didefinisikan dengan kata, idiom, peribahasa, atau selaksa kumpulan ungkapan bijaksana.  Seorang ibu, akanlah tetap menjadi ibu bagi anaknya.  Cinta dan kasih sayang mereka adalah kalimat dalam bilangan ribuan belaian di kepala, cemas tak bertepi pada usapan di dahi panas buah hati yang sedang tak begitu sehat, jutaan nama yang sama yang tak pernah bosan dilafazkannya dalam setiap doanya, pada buliran peluh yang tak terhitung disetiap gerak raganya membesarkan buah hatinya.  Karena seorang ibu...abai dengan segala rupa hitung-hitungan jasa yang berbalas.  Tidak ada hitungan plus minus untuk apa yang telah diusahakannya bagi anak-anaknya. 

Dan perempuan itu,  telah renta, disaat tubuh telah berada pada batas masa dimana seluruh tenaga tercurah habis untuk membesarkan dan menjadikan berhasil anak-anaknya pada jenjang pendidikan yang dipandang orang.  Ketika seharusnya ia sudah bisa disenangkan hanya dengan perhatian kecil saja, sebuah senyuman manis, atau sebuah pelukan sesaat, tiba-tiba baru ia awas pada kenyataan bahwa sesungguhnya saat renta ini, yang dirasakannya adalah bahwa anak-anaknya terbebani dengan keberadaannya, dengan segala keterbatasannya, dengan kecerewetannya, dengan tingkahnya yang tak mungkin lagi bisa diubah, karena ia memang perempuan yang tidak lagi muda, semuda ketika hari-hari dan waktunya dulu berlalu begitu saja untuk mengayomi setiap amanah bernyawa yang dititipkan Tuhan padanya. 

Dari pulau yang jauh disana, entah apa kabarnya, menunggu kepastian yang tidak pasti kapan ia akan bisa diantar pulang, kembali ke rumah yang dibuatkan suaminya untuknya, yang pernah berpesan....usah kemana-mana, tinggal saja di rumah kita.

Comments

Popular posts from this blog

Hamzah di 1 Ramadan 1440

Ramadan hari pertama, Hamzah alhamdulillah dapat selesai sampai akhir. Tidak terhitung berapa kali ia menanyakan waktu berbuka. "Masih lama ya, Bun?", "Hamzah haus sekali. Gimana nih?", "Berapa jam lagi bukanya?", "Hamzah rasanya mau minum...", dan lain sebagainya.  Dengan es krim sebagai hadiah jika puasanya dapat bertahan sampai magrib, anak saleh kami itu pun kuat juga akhirnya.  Tahun lalu ia berpuasa hingga tiga hari di awal Ramadan kalau saya tidak salah. Tahun ini semoga ia bisa berpuasa hingga Ramadan usai. Kami ingin ia dapat memaknai setiap haus dan lapar yang dirasakannya dari pagi hingga menjelang matahari tergelincir di lengkung langit. Kami ingin ia dalam sebulan ini mencoba menjadi anak-anak yang tak seberuntung dirinya. Kami ingin Hamzah selalu ingat bahwa Allah telah memberikannya banyak nikmat. Kenikmatan yang tidak semua anak bisa merasakannya. Kami ingin ia bertumbuh dengan kemampuan berempati terhadap berbagai kes...

Dagangan Perdana

Ini sebenarnya postingan yang seharusnya diunggah 17 Januari. Unggahan tentang keberhasilannya menjalankan bakat kisprenerushipnya. "Sayang....gimana spagetinya?" "Alhamdulillah laris manis, Bun!" "Alhamdulillah...." "Trus,spageti untuk Bu Alha gimana?" "Maaf, Bun...untuk Bu Alha dibeli sama kawan Hamzah!" "Ooo...gitu...." "Iya! Bun...uang Hamzah banyak. 24 ribu. Tapi Hamzah pusing pas kawan-kawan rebutan." Bahagianya tak terkatakan. Ibunya lebih bahagia lagi. Pagi-pagi menyiapkan semua bahan untuk jualan perdananya. Anak lanang itu sendiri yang ingin mencoba berdagang. Beberapa hari kemarin bolak-balik bertanya apa kira-kira yang pas untuk dijualnya kepada teman-teman sekelasnya. Minuman atau makanan? "Jualan spageti aja gimana, Bun? Hamzah suka kesal soalnya tiap bawa spageti ke sekolah, teman-teman suka minta. Hamzah jadi dapatnya sedikit." Dari rasa kesalnya itulah ide ...

Jakarta (Cubing Method)

This is a kind of writing that we had to make today.  Shane just wanted to introduce us how to write a topic by using cubing method.  So, here is the result of mine.  I tried to describe the topic in a letter for my friend.  Let's read! Dear Wahyu,            Hi, how are you? Hopefully you are well.  Let me tell you about everything I have felt since the first time I came to Jakarta 2 months ago.           Perhaps everybody will say that I am a fool being not comfortable live in Jakarta.  But that is true.  I have to fight here.  You wanna know why? First, it's hard to find fresh air to breath to breath out of the building.  All that come to my lungs is just smoke of cars, buses, motorcycles, and bajai.  Second, I have to prepare coins everywhere I go because there will be many unlucky people who show their suffered faces and hope money from my pocket.  Then? Okay...I give some to them.  Third, I cannot see many trees and flowers which grow by themselves, or birds flying at...