Seorang ibu...tetaplah akan menjadi ibu bagi anaknya. Kasih sayang dan cinta mereka tidak pernah cukup didefinisikan dengan kata, idiom, peribahasa, atau selaksa kumpulan ungkapan bijaksana. Seorang ibu, akanlah tetap menjadi ibu bagi anaknya. Cinta dan kasih sayang mereka adalah kalimat dalam bilangan ribuan belaian di kepala, cemas tak bertepi pada usapan di dahi panas buah hati yang sedang tak begitu sehat, jutaan nama yang sama yang tak pernah bosan dilafazkannya dalam setiap doanya, pada buliran peluh yang tak terhitung disetiap gerak raganya membesarkan buah hatinya. Karena seorang ibu...abai dengan segala rupa hitung-hitungan jasa yang berbalas. Tidak ada hitungan plus minus untuk apa yang telah diusahakannya bagi anak-anaknya.
Dan perempuan itu, telah renta, disaat tubuh telah berada pada batas masa dimana seluruh tenaga tercurah habis untuk membesarkan dan menjadikan berhasil anak-anaknya pada jenjang pendidikan yang dipandang orang. Ketika seharusnya ia sudah bisa disenangkan hanya dengan perhatian kecil saja, sebuah senyuman manis, atau sebuah pelukan sesaat, tiba-tiba baru ia awas pada kenyataan bahwa sesungguhnya saat renta ini, yang dirasakannya adalah bahwa anak-anaknya terbebani dengan keberadaannya, dengan segala keterbatasannya, dengan kecerewetannya, dengan tingkahnya yang tak mungkin lagi bisa diubah, karena ia memang perempuan yang tidak lagi muda, semuda ketika hari-hari dan waktunya dulu berlalu begitu saja untuk mengayomi setiap amanah bernyawa yang dititipkan Tuhan padanya.
Dari pulau yang jauh disana, entah apa kabarnya, menunggu kepastian yang tidak pasti kapan ia akan bisa diantar pulang, kembali ke rumah yang dibuatkan suaminya untuknya, yang pernah berpesan....usah kemana-mana, tinggal saja di rumah kita.
Comments
Post a Comment