Skip to main content

Soto Ayam Santan

Minggu...waktunya berjibaku menikmati dentingan panci, baskom, piring, dan penggorengan yang saling bersenggolan di dapur saya yang kecil.  Khusus Minggu, Hamzah kebanyakan menjadi milik ayahnya dan sesekali menghampiri minta dipeluk atau digendong kalo sudah haus dan jatahnya nenen.  Itu artinya waktu untuk si bunda ini bisa jadi buanyak untuk sibuk sendiri di dapur.  Si sulung? Si sulung lagi keranjingan mancing di kolam dekat rumah.  Asal perutnya sudah diganjel dengan sarapan, tidak ada masalah dan tidak perlu khawatir lagi.  Menjelang azan zuhur baru pulang dengan basah-basahan dan hasil pancingannya yang biasanya dapat dua ekor.

Minggu juga waktunya memanjakan lidah suami dan anak, juga lidah sendiri.   Kalau biasanya hari kerja masak yang praktis dan cepat untuk disajikan, Sabtu dan Minggu memang dibuat agak berbeda. Kemarin judulnya Soto Ayam Kumplit.

Banyak sih resep soto yang bisa dicari dengan mudah di dunia maya.  Tetapi yang saya punya asli pakai resep racikan sendiri, yang mungkin kurang lebih sama juga ya sama yang di internet.  Tapi kalau ada yang mau coba...monggo bersibuk ria di dapur...mana tau hasilnya lebih enak dari yang biasanya....hehehee....ge er sendiri!  Yuk, simak apa aja bumbunya, gimana masaknya, dan bagaimana penampakannya.....

 
SOTO AYAM KUMPLIT

Bahan:

Ayam                                    1 kg
Ceker                                  5 buah
Tauge                                  250 gram
Kentang                             500 gram
Santan     (pilihan)             1/2 butir
Seledri
Daun bawang
Soun                                   
Minyak goreng
Air 
Kecap manis                     2 sendok makan
Cuka makan                     2 sendok makan
Tomat                               1 butir
Jeruk nipis                       1 butir           
Cabai rawit                     25 buah

Bumbu:

Merica                             1 sendok makan
Garam                             secukupnya
Bawang putih                 5 siung
Bawang merah               3 siung
Jahe                               3 cm
Kunyit                            2 cm
Buah pala                      1/2 butir
Kapulaga                      2 buah
Cengkeh                       5 butir
Batang serai                 2
Daun salam                  2 lembar
Daun jeruk                  4  lembar


Pembuatan:

A. Kuah Soto

1.   Rebus ceker ayam untuk membuat kaldu, masukkan kapulaga, cengkeh, lengkuas yang   
      dimemarkan, dan satu siung bawang putih yang dimemarkan, tambahkan garam secukupnya.
2.   Haluskan merica, bawang putih, bawang merah, buah pala, jahe, dan kunyit.
3.   Tumis bumbu yang dihaluskan hingga harum, lalu masukkan ke dalam rebusan kaldu
       yang sedang mendidih.
4.   Masukkan santan (jika mau) batang serai, daun salam, daun jeruk, kecap manis, daun bawang
      san cuka makan.
5.   Tunggu sekitar 5 menit sampai mendidih kembali, lalu matikan.

B.  Kelengkapan Soto
1.  Perkedel
     Kupas kentang.  Goreng.  Dihaluskan.  Tambahkan garam, merica, dan sedikit telur ayam yang
     dikocok lepas secukupnya, irisan halus seledri dan daun bawang, bawang merah serta bawa 
     bawang putih goreng.  Lalu bentuk bulat pipih.  Celupkan sebentar ke dalam kocokan telur    
     sebelum digoreng.


2.  Keripik kentang
     Kentang di kupas, di belah dua, lalu diiris tipis-tipis dan digoreng, lalu tiriskan.

3.  Ayam digoreng dan disuwir.

4.  Soun direndam di dalam air panas sekitar 2 menit, lalu tiriskan.

5.  Tauge disiram air panas mendidih, lalu ditiriskan.

6.   Cabai rawit direndam dalam air mendidih sekitar 2 menit.  Lalu tiriskan.  Haluskan dan   
      tambahkan air 2 sendok makan, tempatkan di tempat terpisah.

Penyajian:

Masukkan sejumput soun, tauge, ayam suwir, perkedel, keripik kentang, irisan daun bawang, seledri, irisan tomat, dan terakhir berikan kuah soto panas.  Lalu taburkan bawang goreng. Hidangkan dengan sambal rawit dan irisan jeruk nipis.

Dan soto pun siap disajikan!  Smakelijk eten.....! :)

 

Comments

Popular posts from this blog

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

Witir Si Sulung

Malam Kamis kemarin, anak bujang kecil saya melakukan sesuatu yang membesarkan hati saya, ibunya. Saya seketika merasa teramat mujur. Malam itu seperti malam-malam yang lain. Pukul delapan adalah waktu tidurnya. Waktunya kami berbaring. Waktu yang selalu ia gunakan memeluk saya erat-erat. Waktunya saya tak putus-putus menciumi wajah dan kepalanya. Waktu saat saya membacakan kisah-kisah teladan Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sebelum akhirnya ia lelap. Kami sudah di tempat tidur, berpelukan, saat ia sekonyong-konyong duduk dan bergerak turun.  "Hamzah mau ambil wudu dulu..." "O, iya...Bilal selalu melakukan itukan, ya..."ujar saya. Saya buntuti ia ke kamar mandi. Saya perhatikan dengan saksama ia membasuh wajah, tangan, kepala, telinga, dan kakinya.  Ia tersenyum.  "Witir tiga rakaat boleh, Bun?"tanyanya. Saya termangu. Ia bingung. Mengapa ibunya mendadak hening? "Bun..."panggilnya sambil menempelkan kepalanya di