Ini sebenarnya postingan yang seharusnya diunggah 17 Januari. Unggahan tentang keberhasilannya menjalankan bakat kisprenerushipnya.
"Sayang....gimana spagetinya?"
"Sayang....gimana spagetinya?"
"Alhamdulillah laris manis, Bun!"
"Alhamdulillah...."
"Trus,spageti untuk Bu Alha gimana?"
"Maaf, Bun...untuk Bu Alha dibeli sama kawan Hamzah!"
"Ooo...gitu...."
"Iya! Bun...uang Hamzah banyak. 24 ribu. Tapi Hamzah pusing pas kawan-kawan rebutan."
Bahagianya tak terkatakan. Ibunya lebih bahagia lagi. Pagi-pagi menyiapkan semua bahan untuk jualan perdananya. Anak lanang itu sendiri yang ingin mencoba berdagang. Beberapa hari kemarin bolak-balik bertanya apa kira-kira yang pas untuk dijualnya kepada teman-teman sekelasnya. Minuman atau makanan?
"Jualan spageti aja gimana, Bun? Hamzah suka kesal soalnya tiap bawa spageti ke sekolah, teman-teman suka minta. Hamzah jadi dapatnya sedikit."
Dari rasa kesalnya itulah ide berjualan spageti muncul.
"Mau dijual berapa spagetinya?"
"4000 aja,"jawabnya santai.
Baiklah. Demi bibit kewirausahaannya yang mulai tumbuh itu, bundanya pun mengokekan harga yang dipatoknya. Tidak masalah. Hitung-hitung berlatih menjadi pengusaha. Akan ada banyak pengalaman yang tidak dapat diuangkan dalam prosesnya menjual spageti di kelasnya besok. Bagaimana ia menawarkan spagetinya, berkomunikasi saat bertransaksi dengan teman-temannya yang akan membeli dagangannya, menata perasaannya saat dagangannya laku atau tidak, itu semua pengalaman yang tidak terbeli, bukan?
Sore itu kami membeli semua bahan-bahan jualannya besok. Spageti, bawang bombay, saus bolognaise, wadah plastik, dan garpu plastik. Tidak pakai kejukah? Terpaksa di-skip dulu kejunya. Hehehe....! Mohon dimaklumi pemirsa. Wajahnya berseri kala belanja itu. Mungkin ia tengah membayangkan rupiah demi rupiah yang akan diterimanya dari teman-temannya.
"Jualan spageti aja gimana, Bun? Hamzah suka kesal soalnya tiap bawa spageti ke sekolah, teman-teman suka minta. Hamzah jadi dapatnya sedikit."
Dari rasa kesalnya itulah ide berjualan spageti muncul.
"Mau dijual berapa spagetinya?"
"4000 aja,"jawabnya santai.
Baiklah. Demi bibit kewirausahaannya yang mulai tumbuh itu, bundanya pun mengokekan harga yang dipatoknya. Tidak masalah. Hitung-hitung berlatih menjadi pengusaha. Akan ada banyak pengalaman yang tidak dapat diuangkan dalam prosesnya menjual spageti di kelasnya besok. Bagaimana ia menawarkan spagetinya, berkomunikasi saat bertransaksi dengan teman-temannya yang akan membeli dagangannya, menata perasaannya saat dagangannya laku atau tidak, itu semua pengalaman yang tidak terbeli, bukan?
Sore itu kami membeli semua bahan-bahan jualannya besok. Spageti, bawang bombay, saus bolognaise, wadah plastik, dan garpu plastik. Tidak pakai kejukah? Terpaksa di-skip dulu kejunya. Hehehe....! Mohon dimaklumi pemirsa. Wajahnya berseri kala belanja itu. Mungkin ia tengah membayangkan rupiah demi rupiah yang akan diterimanya dari teman-temannya.
Comments
Post a Comment