Skip to main content

THE SNOW WHITE

Ceritanya sudah dari kemarin berjibaku membuat kue lebaran.  Kalau kemarin adonan masih disiapkan oleh bunda tercinta, maka hari ini...ketika beliau sedang takziah ke rumah tetangga yang sedang berduka, maka saya dengan leluasa membuat adonan kue kering sendiri.  Hepi lah! Hari ini saudara-saudara tercinta....KUE KERING PUTRI SALJU....!

Adonannya sebenarnya sederhana...yang rumit itu adalah niat yang mungkin tidak dengan mudah mampir ke hati setiap orang untuk mau bersusah payah 'berkomunikasi' dengan tepung, telur, garam, gula, dll.  Tambah pula setelah itu harus mau juga menggulung rambut agar hawa panas dari kompor dengan oven yang bertahta di atasnya tidak begitu mendera.  Puasa pula! Tapi serius niihhh....segala sesuatu yang bermula dari hati akan sepenuhnya menjadikan rintangan apapun termasuk suhu 33 derajat celcius hari ini tak berarti.  Serius loh ini! Beneran! Bismillah aja...! Hehe...!

Okelah, kembali ke adonan ya.  Bermodalkan ingatan membuat kue tahun lalu, plus informasi selewat saja dari ibu saya tentang adonan nastar, maka saya mulailah semuanya pukul 10 tadi pagi, duet maut bersama adik ipar yang semangatnya juga '45 walaupun sedang bawa perut besarnya. Kami berbagi tugas.  Saya membuat putri salju, Dina membuat Corn Flakes coklat. Pada dasarnya adonan dasar kue kering itu sama.  Tinggal dikreasikan pada tambahannya saja. Untuk kue putri salju saya hari ini, adonan terdiri atas tiga bungkus blueband 1/4 kg, 3 buah kuning telur, 1 sendok makan butter, 2 sendok susu kental manis, satu sendok makan gula halus, dan satu sendok maizena.  Saya aduk dengan lembut.  Setelah terlihat menyatu semua, maka tinggal dimasukkan sedikit demi sedikit tepung terigu yang kemarin-kemarin telah digonseng.  Mengapa? Agar kue tidak mudah lempam.  Ketika adonan sudah lumayan lembut, maka saya ambil tiga sendok makan adonan yang masih lembut tadi untuk kemudian ditempatkan pada wadah terpisah.  Ditempat terpisah itulah saya tambahkan tepung sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga adonan terasa kalis di tangan yang artinya adonan itu siap sedia untuk dilindas dengan botol kaca untuk kemudian dicetak menggunakan cetakan bulan sabit sebagai pakemnya kue PUTRI SALJU.  

Pertanyaan yang mungkin muncul adalah mengapa adonan tidak diadon dengan tepung sekalian saja sih? Mengapa harus dipisahkan? Begini loh, itu sebenarnya rahasia dari ibu saya.  Tadinya saya juga berpikir begitu. Ternyata itu untuk menghindari agar adonan tidak keburu kering.  Tips itu saya ikuti dan jadinya memang lebih enak sih kerjanya.  Seandainya kita tidak bisa sekaligus menyelesaikan pembuatan kue tersebut, maka adonan yang masih lembut itu bisa kita simpan dulu.  Jadi tidak mubazir.  

Setelah selesai dicetak, ditempat di atas loyang, tinggal dimasukkan ke dalam oven, tunggu hingga kuning keemasan pertanda matang, dan angkat.  Biarkan hingga dingin.  Baru kemudian disusun cantik deh ke dalam toples. Ketika ditata, tiap selesai satu lingkaran (berhubung toples saya berbentuk tabung), jangan lupa ditaburi gula halus ya.  Begitu seterusnya.  

Dan hasil jadinyaaa...? Alhamdulilah enak secara semua bahan-bahannya berkualitas, ga pakai kawe-kawean.  Bayangkan jika beli di supermarket, satu toples 1/4 kg aja harganya 49 ribu, kalikan tiga berarti harus merogoh kocek 150 ribu, mana mungkin saya ikhlas.  Bukannya pelit, tetapi saya berpikir akan lebih hemat dan puas saja kalau membuat sendiri, dan yang pentingggg....buah hati saya bisa menikmati semua kue tanpa perlu saya peringatkan untuk memakannya dengan jumlah terbatas,  karena khawatir tetamu bakal ga dapat apa-apa kalo ke rumah nanti.  Sayang anak memang! Hahaha...! 

So guys, wanna try? Yuk mariii....datang ya idul fitri nanti.

Comments

Popular posts from this blog

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

The Women with Beatific Smiles

My world was filled with thousand of rainbows' colors when I saw those beatific smiles that night. I learn much from these women.