Skip to main content

Dongeng-Dongeng Andersen



Rasanya senaaaaaang sekali bisa mendapatkan komik ini untuk anak-anak.  Selain harganya yang relatif murah, hanya 45 ribu rupiah saja, komiknya juga indah, ya sampulnya, gambar-gambarnya yang penuh warna dan menarik, dan yang paling penting adalah kumpulan dongeng-dongeng klasik ‘bernilai mahal’ karya Hans Christian Andersen yang dijuluki sebagai Bapak Dongeng Dunia.  Saya rasa komik ini layak untuk dijadikan pegangan wajib koleksi ibu-ibu yang punya jadwal tetap menjadi storyteller untuk buah hati kapan saja dimana saja.  Atau buku pengantar tidur yang dibacakan disisi krucil-krucil yang akan terbang ke alam mimpi? Pas mantaplah pokoknya! Tidak mungkin tidak ada yang tahu cerita tentang Bebek Buruk Rupa, bukan? Nah…si bebek malang ini adalah salah satu karya H.C. Andersen yang ada di dalam mahakaryanya “Fairy Tales Told for Children” yang juga ada di dalam komik ini.



Komik terbitan MI Comic ini dikemas dengan begitu apik.  Tim yang menggarap komik ini sepertinya paham benar bagaimana membuat sebuah bacaan yang bagus dan bermutu bagi pembacanya, terutama anak-anak.  Bagus yang saya maksud mengacu pada penyusunan, pemilihan kertas, pemilihan jenis huruf, gambar, penggunaan warna, dan penggunaan bahasa Indonesia yang luwes pada setiap  dialog tokoh cerita.  Seluruh unsur di atas bisa dikatakan pas untuk menarik minat baca siapa saja yang melihatnya, terlebih anak-anak.  Sedangkan bermutu tentunya lebih kepada pesan dari setiap dongeng yang menjadi isi dari komik ini.  Ada Bunga Ida Kecil yang layu dan mati sementara tetapi akan kembali mekar di musim semi mendatang, Kicau Burung Bulbul yang membahagiakan sang Kaisar, Hadiah untuk Hans yang membuatnya bisa berjalan setelah sekian lama lumpuh, Bebek Buruk Rupa nan sabar yang menjadi seekor angsa cantik, dan Si Pangeran Gembala yang menomorsatukan kesantunan, plus Biografi singkat H.C. Andersen yang tanggal lahirnya, 2 April, dijadikan sebagai Hari Buku Anak Sedunia, kesemuanya sarat nilai-nilai moral bagi pembaca.  

Jadi tunggu apa lagi? Yuk…mari melengkapi koleksi bacaan bermutu untuk buah hati kita dengan yang satu ini.  By the way…ini bukan promosi berhadiah dari penerbit lho ya…! Walaupun tidak bisa dibilang penerbit tidak diuntungkan dengan promosi gratis ini…hihi….! Ini lebih pada bentuk luapan kegembiraan semata setiap kali menemukan buku bagus dan bisa jadi hak milik. ^_^

Comments

  1. teteeep aja,ujung2nya promosi,hahaha...so,dmn km bs mndptknx (gakpakeinden)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

Witir Si Sulung

Malam Kamis kemarin, anak bujang kecil saya melakukan sesuatu yang membesarkan hati saya, ibunya. Saya seketika merasa teramat mujur. Malam itu seperti malam-malam yang lain. Pukul delapan adalah waktu tidurnya. Waktunya kami berbaring. Waktu yang selalu ia gunakan memeluk saya erat-erat. Waktunya saya tak putus-putus menciumi wajah dan kepalanya. Waktu saat saya membacakan kisah-kisah teladan Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sebelum akhirnya ia lelap. Kami sudah di tempat tidur, berpelukan, saat ia sekonyong-konyong duduk dan bergerak turun.  "Hamzah mau ambil wudu dulu..." "O, iya...Bilal selalu melakukan itukan, ya..."ujar saya. Saya buntuti ia ke kamar mandi. Saya perhatikan dengan saksama ia membasuh wajah, tangan, kepala, telinga, dan kakinya.  Ia tersenyum.  "Witir tiga rakaat boleh, Bun?"tanyanya. Saya termangu. Ia bingung. Mengapa ibunya mendadak hening? "Bun..."panggilnya sambil menempelkan kepalanya di