Skip to main content

Updated and Fulfilled

Jadi begini, ya...guys!

Ketika ada orang yang kelihatannya tidak tertarik untuk berdebat atau mengomentari obrolan Anda tentang isu-isu hangat yang sedang terjadi di dunia politik nasional, bukan berarti orang itu tidak mengikuti perkembangan. Bukan juga orang itu berada di kubu seberang. Bukaaan. Tidak seperti itu juga, kok

Ketika ada orang yang hanya menjawab sekadarnya saja setiap kali Anda bertanya tentang isu-isu panas, hoaks yang menyasar "pujaan hati" Anda, atau tentang kebijakan dan capaiannya yang menurut Anda brilian, bukan berarti juga orang itu buta dengan berbagai informasi dan peristiwa fenomenal (sekarang ini apa sih yang tidak "digoreng" untuk menjadi fenomenal kan ya?) yang wara-wiri di televisi, walaupun memang orang itu sudah hampir empat tahun tidak pernah menonton televisi di rumahnya lo.  Namun, tetap saja toh? Tidak begitu juga.

Begini,lo. Bisa jadi orang yang Anda anggap tidak tahu banyak atau bahkan sama sekali tidak updated itu sebenarnya justru updated sekali. Jika Anda hanya membaca berita dan menonton peristiwa yang bersumber dari media "sponsor" saja, walaupun nama medianya banyak, dan Anda tidak mencoba mencari informasi bertopik sama dari sumber yang bukan "sponsor", lalu Anda ingin orang itu menimpali tanggapan Anda terhadap berita yang Anda baca. Susah dong, ya? Pengalaman mengatakan bahwa ketika Anda mengangkat suatu berita dan mengabarkannya kembali dengan rasa bangga, tentang reklamasi misalnya, lalu lawan bicara Anda memaparkan berita dengan topik yang sama dan dilengkapi informasi yang bernas dari kacamata Emil Salim dan Susi Pujiastuti plus tanggal informasi itu dinaikkan dalam berita berikut medianya, Andakan malah tidak siap. Ya, kan? Anda malah langsung gelagapan, ujung-ujungnya diam, dan kembali ke zona nyaman Anda, seperti biasanyalah. Nah, orang yang Anda pancing tadi bingung dong? Bingung sambil senyum-senyum. Harapannya tadi diskusi bisa memanas dan perdebatan bisa seru, eh, malah dia jadi kayak lelaki yang "kecepetan". Geregetan, tapi PUAS. 

Jadi begitulah...when you think you have absorbed everything from national mass media by nailing yourself for hours in front of the lappy with your so-called "faithful earphones" which always to be the one and only true-blue thing to your ears every single day, then you cannot assume that others less updated when they do not eagerly involve into the issue you bring. In a nutshell, just relax and read more, and stop being the judge.

My takeaway: Reading is cross-checking!

Ciao!

Comments

Popular posts from this blog

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Witir Si Sulung

Malam Kamis kemarin, anak bujang kecil saya melakukan sesuatu yang membesarkan hati saya, ibunya. Saya seketika merasa teramat mujur. Malam itu seperti malam-malam yang lain. Pukul delapan adalah waktu tidurnya. Waktunya kami berbaring. Waktu yang selalu ia gunakan memeluk saya erat-erat. Waktunya saya tak putus-putus menciumi wajah dan kepalanya. Waktu saat saya membacakan kisah-kisah teladan Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sebelum akhirnya ia lelap. Kami sudah di tempat tidur, berpelukan, saat ia sekonyong-konyong duduk dan bergerak turun.  "Hamzah mau ambil wudu dulu..." "O, iya...Bilal selalu melakukan itukan, ya..."ujar saya. Saya buntuti ia ke kamar mandi. Saya perhatikan dengan saksama ia membasuh wajah, tangan, kepala, telinga, dan kakinya.  Ia tersenyum.  "Witir tiga rakaat boleh, Bun?"tanyanya. Saya termangu. Ia bingung. Mengapa ibunya mendadak hening? "Bun..."panggilnya sambil menempelkan kepalanya di