Besok Hamzah akan melakukan tur studi ke Perpustakaan Umum Kota Jambi dan Jumat lalu wali kelasnya sudah menawarkan kepada para wali murid jika ada yang berkenan kendaraannya digunakan untuk transportasi anak-anak. Emaknya Hamzah langsung dong mengabarkan hal ini kepada si Tuan Besar dan gayung pun bersambut. Beliau bersedia mengatur ulang jadwalnya agar dapat mengantar dan menjemput Hamzah beserta teman-temannya. Namun, ada yang menggusarkan hati jagoan kami. Wajahnya kelabu.
"Cuma dua orang yang mau naik mobil ayah. Yang lain maunya ke mobil Hanif."keluhnya.
Sedih sih. Dia pasti berpikir keras mengapa teman-temannya lebih banyak memilih mobil Hanif.
"Abang suka main dengan Hanif?"
"Suka."
"Kenapa?"
"Ketawanya Hanif enak didengar"
"Oh.... Hanif jarang marah kali, ya?"
Dia diam. Bibirnya manyun.
"Begini, Zah...besok kalau teman Hamzah naik mobil Hamzah, Hamzah duduk dengan teman-teman di bangku tengah. Hamzah bisa bermain sepanjang jalan. Hamzah bawa beberapa mainan, tapi jangan dibawa waktu ke perpustakaan, ya. Hamzah bikin teman-teman Hamzah senang. Insyaallah besok-besok banyak yang mau naik mobil Hamzah kalau ada kunjungan ke luar sekolah."
Bibirnya masih manyun.
"Dan...Hamzah juga jangan mudah kesal dan suka menggerutu, jadi teman-teman senang bermain dengan Hamzah."
Bibirnya tetap manyun. Namun, tersirat jelas proses berpikir di matanya. Mudah-mudahan dia bisa mencerna apa yang dikatakan emaknya ini. Setidaknya dia bisa berpikir dan mencari penyebab serta solusi atas masalahnya sendiri dengan caranya sendiri. Biarkan dia mencoba menghadapi hal-hal tidak menyenangkan di lingkungan kelasnya karena hidup bukan hanya tentang tawa dan canda. Biarlah dia belajar mengenal semua sifat dan sikap setiap orang di sekelilingnya untuk kemudian dijadikan cermin bagi dirinya.
Comments
Post a Comment