Skip to main content

Jurus Gelitik Level Super


Punya anak usia sekolah dasar? Susah membangunkannya di pagi hari? Dalam seribu anak, mungkin hanya satu anak yang dengan ajaib bisa dibangunkan tanpa rengekan dan keluhan karena ia masih ingin tidur, apalagi dibangunkan sebelum azan subuh berkumandang. Hamzah, jagoan kecil saya bukan salah satu anak ajaib itu, dia masih sering merengek dan meminta saya untuk tetap di tempat tidur agar memeluknya sampai matahari benar-benar jelas terlihat cahayanya dari tirai jendela kamar. Saat sudah ada semburat itu, baru dia akan merenggangkan pelukan dan turun. 

Saya belajar banyak dari pengalaman ketika abangnya masih duduk di bangku SD beberapa tahun silam. Maka ketika Hamzah memulai hari pertamanya di sekolah dasar, saya selaku ibunya bertekad bulat untuk memulai pagi pertamanya bersekolah menjadi pagi yang ceria tanpa teriakan, drama, dan air mata. Pagi adalah momen paling penting menjadikan mood bahagia tanpa dicederai marah atau repetan agar seharian anak-anak bahkan seisi rumah dapat seterusnya melakukan aktivitas dengan gembira. Dan ini penting. Sangat penting. 

Salah satu trik jitu untuk membuat anak-anak bangun pagi dengan happy adalah dengan bermain peran. Pagi subuh bermain peran? Mungkin Anda akan berkomentar...ngapain? Apa masih kurang kerjaan di pagi hari sampai harus meluangkan waktu untuk bermain peran saat membangunkan anak untuk sekolah? Hehehe...

Bu-ibu....anak-anak tetaplah anak-anak. Anak-anak memang didesain satu paket dengan dunia bermainnya. Jadi akan lebih mangkus dan tidak akan menguras energi dan emosi negatif saat anak-anak dibangunkan dengan suasana bermain. Sebenarnya hal ini tidaklah sulit dilakukan. Sebagai orang tua, kita pasti tahu tokoh atau karakter yang sedang digandrungi oleh anak-anak kita. Anak perempuan pasti tidak akan jauh-jauh dari yang namanya Elsa Frozen, kuda-kuda imut My Little Poni, dan Sofia the First. Sebaliknya, anak laki-laki pasti akrab dengan sederetan karakter pahlawan super Marvel, antara lain Captain America, Ironman, dan Superman. Untuk Hamzah, belakangan dia lebih sering menikmati serial animasi Malaysia BoBoiBoy. Tontonan ini tidak ditontonnya di TV karena kami memang memutuskan untuk tidak ber-TV sejak ia berusia tiga tahun. Jadi, sesekali aksi pahlawan super kecil BoBoiBoy ditontonnya di mobil ayahnya. 

Karena kami selalu bepergian bersama, praktis saya menjadi tahu apa saja kekuatan yang dimiliki oleh BoBoiBoy dan teman-temannya karena memang saya sering mendengar dan turut menonton serial animasi tersebut. BoBoiBoy dan teman-temannya memiliki tujuh jurus andalan kalau saya tidak salah. Ada jurus tiga golem tanah, jurus bongkah es, jurus serangan meteor berapi, jurus bola api maksima, dan beberapa lainnya. Nah, ketika kemarin Hamzah masih guling-gulingan di kasurnya dan enggan beranjak dari tempat tidur, saya langsung teringat si jagoan kecil BoBoiBoy. Saya pikir akan seru nih menggelitiknya agar dia segera bangun. Maka, saya langsung mendekatinya, memeluknya dari belakang, dan seketika itu juga saya berseru...."Jurus Gelitik Super" sambil membabi-buta menggelitik kaki, paha, pinggang, dan lehernya. Monggo dibayangkan bagaimana saya menjadi emak-emak super dengan jurus gelitik level super itu. Hamzah kaget dan karena memang dia paling gelian orangnya, maka berhasillah kami guling-gulingan pagi menjelang subuh itu. Suara tawa membahana. Sampai-sampai ayahnya takjub. Takjub karena mungkin tak menyangka si istri bisa kreatif begitu. Dia lupa kali ya kalau saya pernah jadi guru kesayangan murid-murid di kelas rendah waktu masih jadi guru honor di sebuah SD bertahun lampau.

Walhasil, pagi kemarin menjadi pagi yang indah untuk memulai sebuah aktivitas bagi Hamzah kami. Dia turut ke masjid untuk salat subuh berjamaah. No more rengekan. Saya tentu saja bahagia. Tidak ada keluh-kesah, tidak ada wajah yang tak sedap di pandang. Semua alhamdulillah menyenangkan. 

Jadi, Bu-Ibu...mari kita lebih kreatif mencari cara jitu yang membuat anak-anak memulai paginya dengan gembira agar mereka menjalani hari-hari mereka dengan lebih bahagia. Karena anak-anak wajib bahagia. Setuju? Kalau saya bisa, ibu-ibu lain pasti juga bisa.

Comments

Popular posts from this blog

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Witir Si Sulung

Malam Kamis kemarin, anak bujang kecil saya melakukan sesuatu yang membesarkan hati saya, ibunya. Saya seketika merasa teramat mujur. Malam itu seperti malam-malam yang lain. Pukul delapan adalah waktu tidurnya. Waktunya kami berbaring. Waktu yang selalu ia gunakan memeluk saya erat-erat. Waktunya saya tak putus-putus menciumi wajah dan kepalanya. Waktu saat saya membacakan kisah-kisah teladan Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sebelum akhirnya ia lelap. Kami sudah di tempat tidur, berpelukan, saat ia sekonyong-konyong duduk dan bergerak turun.  "Hamzah mau ambil wudu dulu..." "O, iya...Bilal selalu melakukan itukan, ya..."ujar saya. Saya buntuti ia ke kamar mandi. Saya perhatikan dengan saksama ia membasuh wajah, tangan, kepala, telinga, dan kakinya.  Ia tersenyum.  "Witir tiga rakaat boleh, Bun?"tanyanya. Saya termangu. Ia bingung. Mengapa ibunya mendadak hening? "Bun..."panggilnya sambil menempelkan kepalanya di