Skip to main content

Jika Nanti Hamzah Menikah

"Bun, Hamzah nanti kalo sudah nikah...Hamzah mau tinggal di rumah ini aja selamanya. Sampai mati."

Anak itu, yang berusia lima tahun lima bulan, mengatakan itu kepada ibunya yang sedang menyusui adiknya.

Ibunya kaget.

"Maksud Hamzah?"

"Maksudnyaa...Hamzah mau jagain bunda sama ayah walaupun Hamzah sudah nikah. Nanti Hamzah bilang sama istri Hamzah juga jagain bunda sama ayah."

Ibunya tidak bisa berkata-kata. Tiba-tiba ada bendungan yg hendak jebol di matanya. Anak itu, yang baru berusia lima tahun lima bulan, bicara tentang bagaimana ia akan merawat orang tuanya.

"Kalau Hamzah harus bekerja di luar Jambi?"

"Luar negeri maksud Bunda?"tanyanya memastikan sambil menyendok makan malamnya. Iya, anak itu duduk di dekat kaki ibunya. Tadinya ingin disuapi, berhubung si adik masih menyusu, akhirnya makan sendiri.

"Iya. Seandainya Hamzah kerja di luar negeri?"

"Hamzah bawa Bunda sama Ayah. Kalau ndak boleh bawa Bunda sama Ayah, Hamzah dak mau kerja di luar negeri."jawabnya lempeng. Ibu dan bapaknya menjadi hal yang tidak bisa ditawar-tawar. Harga mati.

Hanya Allah yang tahu malam itu, detik itu, bagaimana perasaan ibunya. Hanya Allah yang tahu sepanjang dan sebanyak apa amin yg dilafalkan ibunya di dalam hati. Hanya Allah yang tahu.

"Hamzah..."

"Ya, Bun?"

"Nanti kalau Hamzah sudah menikah, Bunda dan Ayah sudah tua, seperti Mbah Uti."

"Ga papa, Bun.Hamzah suka merawat Bunda dan Ayah."

Ibunya setengah mati menahan agar air matanya tidak tumpah.

"Hamzah..."

"Ya, Bun..."

"Bunda sayang sama Hamzah. Terima kasih ya nanti mau jagain Bunda dan Ayah."

"Hamzah lebih sayaaaaang lagi sama Bunda."

Ya Rahman, Ya Rahim, Ya Muiz...Engkau Maha Segala. Engkau Maha Pengabul doa. Anak itu, yang berusia lima tahun lima bulan, tidak tahu bahwa ibunya menatapnya dalam-dalam. Dia sedang menghabiskan butiran terakhir nasinya. Anak itu tidak tahu bahwa sembari ibunya memuji Sang Pencipta, namanya pun disematkan dalam doa malam itu, Selasa, 22 Agustus 2017.

Comments

Popular posts from this blog

Hamzah di 1 Ramadan 1440

Ramadan hari pertama, Hamzah alhamdulillah dapat selesai sampai akhir. Tidak terhitung berapa kali ia menanyakan waktu berbuka. "Masih lama ya, Bun?", "Hamzah haus sekali. Gimana nih?", "Berapa jam lagi bukanya?", "Hamzah rasanya mau minum...", dan lain sebagainya.  Dengan es krim sebagai hadiah jika puasanya dapat bertahan sampai magrib, anak saleh kami itu pun kuat juga akhirnya.  Tahun lalu ia berpuasa hingga tiga hari di awal Ramadan kalau saya tidak salah. Tahun ini semoga ia bisa berpuasa hingga Ramadan usai. Kami ingin ia dapat memaknai setiap haus dan lapar yang dirasakannya dari pagi hingga menjelang matahari tergelincir di lengkung langit. Kami ingin ia dalam sebulan ini mencoba menjadi anak-anak yang tak seberuntung dirinya. Kami ingin Hamzah selalu ingat bahwa Allah telah memberikannya banyak nikmat. Kenikmatan yang tidak semua anak bisa merasakannya. Kami ingin ia bertumbuh dengan kemampuan berempati terhadap berbagai kes...

Dagangan Perdana

Ini sebenarnya postingan yang seharusnya diunggah 17 Januari. Unggahan tentang keberhasilannya menjalankan bakat kisprenerushipnya. "Sayang....gimana spagetinya?" "Alhamdulillah laris manis, Bun!" "Alhamdulillah...." "Trus,spageti untuk Bu Alha gimana?" "Maaf, Bun...untuk Bu Alha dibeli sama kawan Hamzah!" "Ooo...gitu...." "Iya! Bun...uang Hamzah banyak. 24 ribu. Tapi Hamzah pusing pas kawan-kawan rebutan." Bahagianya tak terkatakan. Ibunya lebih bahagia lagi. Pagi-pagi menyiapkan semua bahan untuk jualan perdananya. Anak lanang itu sendiri yang ingin mencoba berdagang. Beberapa hari kemarin bolak-balik bertanya apa kira-kira yang pas untuk dijualnya kepada teman-teman sekelasnya. Minuman atau makanan? "Jualan spageti aja gimana, Bun? Hamzah suka kesal soalnya tiap bawa spageti ke sekolah, teman-teman suka minta. Hamzah jadi dapatnya sedikit." Dari rasa kesalnya itulah ide ...

Jakarta (Cubing Method)

This is a kind of writing that we had to make today.  Shane just wanted to introduce us how to write a topic by using cubing method.  So, here is the result of mine.  I tried to describe the topic in a letter for my friend.  Let's read! Dear Wahyu,            Hi, how are you? Hopefully you are well.  Let me tell you about everything I have felt since the first time I came to Jakarta 2 months ago.           Perhaps everybody will say that I am a fool being not comfortable live in Jakarta.  But that is true.  I have to fight here.  You wanna know why? First, it's hard to find fresh air to breath to breath out of the building.  All that come to my lungs is just smoke of cars, buses, motorcycles, and bajai.  Second, I have to prepare coins everywhere I go because there will be many unlucky people who show their suffered faces and hope money from my pocket.  Then? Okay...I give some to them.  Third, I cannot see many trees and flowers which grow by themselves, or birds flying at...