Entah tawakal atau bodoh namanya, namun kami masih mencoba untuk menyematkan sejuta harap pada Sang Khalik agar ia bisa bertumbuh menjadi pribadi yang lebih baik dari hari ke hari.
Entah cinta buta atau kasih sayang yang memang sdh ditakdirkan-Nya hadir di hati kami 50 ribu tahun sebelum kami dan ia tercipta, apapun namanya itu, kami selalu berdoa untuk segala kebaikannya.
Entah apa yang harus dikatakan sebagai bentuk syukur, apapun itu, kesejukan mengalir di dada ketika ia mengikuti sang qori melantunkan 40 ayat An-Naba, 46 ayat An-Nazi'at, dan 42 ayat Abasa. I just swallowed my tears. All the nights many years ago, when he recited the verses again and again and I checked them all with the Holy Quran in my arms flashbacked in a second. We did it every night. He was just a little boy. Then, how to erase all those beautiful nights?
Menjelang mahgrib, kami pandangi punggungnya yg melaju. Ia bahagia? Pasti. Kami? Masih berdoa dan akan selalu begitu.
Pada Al-Wakil, Sang Maha Pemelihara, ia kami percayakan. Kami percaya pada kemujiban-Nya. Aamiin.
Comments
Post a Comment