Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, bahkan sesuatu yang tak terucap, yang tersimpan rapi di sudut paling tersembunyi di setiap hati umatnya. Ia datang, menjinjing tiga pepaya di dalam kantong berbeda. Sehat tidak kurang suatu apa. Allah pasti tahu betapa saya amat bahagia. Perbincangan kami tidak panjang. Seputar kegiatan hariannya. Hampir senja, mendekati azan magrib ia pamit pulang. Berbekal usapan di lengan dan sebuah ciuman di pipi kirinya serta sebuah bisikan, setelah itulah ia melajukan motor birunya. Sampai nanti, sampai Allah memberi jalan bagi kita untuk bertemu lagi, Nak. Seperti sore ini.
Ini sebenarnya postingan yang seharusnya diunggah 17 Januari. Unggahan tentang keberhasilannya menjalankan bakat kisprenerushipnya. "Sayang....gimana spagetinya?" "Alhamdulillah laris manis, Bun!" "Alhamdulillah...." "Trus,spageti untuk Bu Alha gimana?" "Maaf, Bun...untuk Bu Alha dibeli sama kawan Hamzah!" "Ooo...gitu...." "Iya! Bun...uang Hamzah banyak. 24 ribu. Tapi Hamzah pusing pas kawan-kawan rebutan." Bahagianya tak terkatakan. Ibunya lebih bahagia lagi. Pagi-pagi menyiapkan semua bahan untuk jualan perdananya. Anak lanang itu sendiri yang ingin mencoba berdagang. Beberapa hari kemarin bolak-balik bertanya apa kira-kira yang pas untuk dijualnya kepada teman-teman sekelasnya. Minuman atau makanan? "Jualan spageti aja gimana, Bun? Hamzah suka kesal soalnya tiap bawa spageti ke sekolah, teman-teman suka minta. Hamzah jadi dapatnya sedikit." Dari rasa kesalnya itulah ide ...
Comments
Post a Comment