Skip to main content

Flab...Flab...Go Away!

Oh, flab. Benci aku! 😞

Kapan bisa kencang seperti dahulu kala? Dan si flab akan bilang "Yeeee...situ aja kali yang malas. Usaha dong! Usaha! Yang belum 'turun mesin' aja bisa kemana-mana, apalagi yang sudah berkali-kali. Ayo berhitung! Sembilan bulan si tummy menjadi tempat yang nyaman buat para bayimu dulu, beratnya di atas tiga kg pula, belum ditambah teman-temannya, seperti air ketuban dan plasenta. Nah, trus situ minta abis melahirkan si tummy kembali singset seperti sedia kala? Belum lagi porsi makan yang mengagumkan dng alasan menyusui. Plis deh, ah! Usaha itu selalu sebanding dengan hasil. Itu sudah menjadi ketentuan sejagad raya. Kalau kemudian muncul sejuta alasan yang berbau pembenaran, maka apa kabar dengan karib situ yang beranak empat dan tanpa pembantu. Jauh pula dia dari keluarganya di Jogya sana. Monggo bergabung di Zumba class-nya. Biar aku hilang, biar aku tidak menjadi sasaran gerutuan saban situ bercermin sehabis mandi, dan setiap kali kehabisan baju yang pas untuk ngantor. Ayolah! Atau ga usah jauh-jauh dan mahal-mahal ngezumba deh, toh situ kan orangnya ga pedean kalo disuruh gerak-gerakin badan di depan orang rame. Sepeda statis masih setia tuh menunggu di sudut ruang dekat garasi. Ayo...mulai! Buktikan kalau situ bisa enyahkan aku!"

Si flab dan saya nyatanya masih berteman saja walaupun setiap hari ia  digerutui. 😜

Comments

Popular posts from this blog

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Witir Si Sulung

Malam Kamis kemarin, anak bujang kecil saya melakukan sesuatu yang membesarkan hati saya, ibunya. Saya seketika merasa teramat mujur. Malam itu seperti malam-malam yang lain. Pukul delapan adalah waktu tidurnya. Waktunya kami berbaring. Waktu yang selalu ia gunakan memeluk saya erat-erat. Waktunya saya tak putus-putus menciumi wajah dan kepalanya. Waktu saat saya membacakan kisah-kisah teladan Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sebelum akhirnya ia lelap. Kami sudah di tempat tidur, berpelukan, saat ia sekonyong-konyong duduk dan bergerak turun.  "Hamzah mau ambil wudu dulu..." "O, iya...Bilal selalu melakukan itukan, ya..."ujar saya. Saya buntuti ia ke kamar mandi. Saya perhatikan dengan saksama ia membasuh wajah, tangan, kepala, telinga, dan kakinya.  Ia tersenyum.  "Witir tiga rakaat boleh, Bun?"tanyanya. Saya termangu. Ia bingung. Mengapa ibunya mendadak hening? "Bun..."panggilnya sambil menempelkan kepalanya di