Skip to main content

Cinta Kita


Cinta ini benar-benar aneh, Nak. Lebih dahsyat dari apa yang diistilahkan dengan cinta pada pandangan pertama.  We haven't met each other. Belum ku tahu seperti apa wajahmu. Tangis pertamamu  pun tak bisa ku kira-kira seperti apa nanti, tetapi hati ini telah kau miliki.  Cinta ini benar-benar aneh. Dalam hal ini, beruntunglah aku dilahirkan sebagai perempuan karena Tuhan kita memberikan kemampuan mencintaimu sedari wujudmu tiada.Jauh sebelum kau ada dalam wujud nyata sebuah noktah pada layar TV sebagai hasil pemindaian kecanggihan teknologi itu, jauh sebelum namamu ku rangkai sedemikian rupa kata demi kata dengan menilik satu persatu maknanya, jauh sebelum Tuhan kita memutuskan roh yang mana yang akan ditiupkannya pada noktah di dalam rahim perempuan ini yg kelak akan kau panggil Bunda, aku sudah mencintaimu tanpa cela. Sebenar-benarnya cinta. 


Comments

Popular posts from this blog

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

The Women with Beatific Smiles

My world was filled with thousand of rainbows' colors when I saw those beatific smiles that night. I learn much from these women.