Skip to main content

Jari Kaki Jagoan


Ini kejadian 28 Februari lalu. Tadinya sih damai aja main di teras belakang dekat jemuran, ngaduk-ngaduk kerikil di dalam gelas plastik merah jambu pakai sendok kecil, bolak-balik minta gelasnya diisikan air, trus diaduk-aduk lagi. Sementara bundanya juga dengan damai memasak sambil ngobrol-ngobrol gitu deh dengan yang lagi sibuk sama gelas isi batunya.

Mungkin bosan, jadilah akhirnya si jagoan kecil ini masuk ke rumah dan sibuk dengan sepeda dan mainan lainnya. Sampai kemudian datangin bundanya ke dapur dan bilang "Bunda, kaki Hamzah sakit", sambil nunjukin kaki kirinya. Si bunda ini berpikir mungkin keseleo dikit, maka diurut-urutlah dengan ringan plus kata-kata penghiburan yang biasanya mujarab untuk menghilangkan rengekan atau tangisan si jagoan.  Tapi anehnya, si jagoan masih aja mewek dan baru ngeh kalau ternyata ada sedikit darah di salah satu jari kakinya.  Diamati bener-bener, ternyata ada semacam lempengan logam tipis berwarna abu-abu pekat yang nyelip masuk ke sela kuku jarinya. 

Baiklah...! Setelah dirasa tidak bisa ditangani sendiri dan khawatir kalau dipaksakan untuk mengeluarkan lempengan tersebut sendiri malah bisa berakibat infeksi dll, maka begitu ayahnya pulang...jadilah si jagoan diboyong ke IGD sebuah rumas sakit yang kemarin juga didatangi karena mendadak perutnya sakit, pake acara pucat pula wajah dan bibirnya, hadeehhh....gimana ga jantungan coba emaknya. 

Walhasil, dokter yang kemarin juga yang nanganin, tapi kali ini asistennya yang lebih banyak bertindak setelah mereka agak lama merhatiin jari yang bermasalah. Wuidiihh...tangisnya si jagoan lumayan keras. Apalagi pas jarum suntik berisi obat bius ditancapin ke jari kakinya. Tapi akhirnya alhamdulilah aman. Malah pules. Kecapekan nangis kali ya. 

Comments

Popular posts from this blog

Dagangan Perdana

Ini sebenarnya postingan yang seharusnya diunggah 17 Januari. Unggahan tentang keberhasilannya menjalankan bakat kisprenerushipnya. "Sayang....gimana spagetinya?" "Alhamdulillah laris manis, Bun!" "Alhamdulillah...." "Trus,spageti untuk Bu Alha gimana?" "Maaf, Bun...untuk Bu Alha dibeli sama kawan Hamzah!" "Ooo...gitu...." "Iya! Bun...uang Hamzah banyak. 24 ribu. Tapi Hamzah pusing pas kawan-kawan rebutan." Bahagianya tak terkatakan. Ibunya lebih bahagia lagi. Pagi-pagi menyiapkan semua bahan untuk jualan perdananya. Anak lanang itu sendiri yang ingin mencoba berdagang. Beberapa hari kemarin bolak-balik bertanya apa kira-kira yang pas untuk dijualnya kepada teman-teman sekelasnya. Minuman atau makanan? "Jualan spageti aja gimana, Bun? Hamzah suka kesal soalnya tiap bawa spageti ke sekolah, teman-teman suka minta. Hamzah jadi dapatnya sedikit." Dari rasa kesalnya itulah ide ...

Senin, 13 Juni 2016; 22.14 WIB

Alhamdulillah sudah ditamatkannya Iqra 1 semalam di bilangan usianya yg baru 4 tahun 3 bulan 11 hari.  Sudah dengan lancar dibacanya seluruh deretan huruf Hijaiyah dengan susunan runut, acak, maupun dr belakang. Bukan hal yg istimewa utk Musa sang Qori dari Bangka Belitung mungkin, tetapi ini menjadi berkah luar biasa untuk kami. Semoga Allah selalu memudahkanmu untuk menyerap ilmu-ilmu Islam berdasarkan Quran dan teladan Rasulullah ya, Nak. Semoga ilmu-ilmu itu nanti senantiasa menjadi suluh yg menerangi setiap langkahmu dlm menjalani kehidupan ke depan dengan atau tanpa ayah bunda. Semoga juga ilmu itu tak hanya menjadikanmu kaya sendiri, tetapi membuat orang-orang disekelilingmu pun merasakan manfaatnya karena ilmu yg bermanfaat itu adalah ilmu yg bisa diberikan dan bermanfaat bagi orang lain di luar dirimu. Allah Maha Mendengar. Dengan doa dan pinta Bunda, Allah pasti akan mengabulkannya. Amin. 😍

Tentang Ibu (1)

Ada yang berubah dari Ibu.  Perubahan yang membahagiakan. Kerinduannya yang terobati pada tanah suci, Kabah, dan makam Rasulullah telah membuat Ibu kembali seperti tahun-tahun sebelum 2016.  Ibu kembali sehat. Lahir dan batin. Setelah hampir tiga minggu Ibu bersama kami, baru malam lusa kemarin saya lama bercengkerama di kamar beliau. Izzati belum mengantuk.  Jadi sengaja saya membawa cucu bungsunya itu bermain-main di tempat tidur beliau.  Sambil bermain dengan Izzati, saya bertanya tentang banyak hal mengenai kepergiannya ke tanah suci di awal 2017 kemarin. Ibu begitu bersemangat menceritakan pengalamannya.  Posisinya yang semula duduk, berganti menjadi berdiri.  Tangannya bergerak lincah memperjelas berbagai kegiatan yang dilakukannya di sana. Matanya berbinar-binar. Air mukanya berseri-seri. Tak terbayangkan skala kebahagiaan yang melingkupi hatinya ketika menjejaki Baitullah. Ibu kami memang sudah lama sekali ingin ke Kabah. Semasa almarhum Bapak...