Skip to main content

Tentang Hamzah: KRING...KRING...ADA CEPEDA

Bunda baru nyadar kalau hari Hamzah dibelikan sepeda superhero ini persis tanggal 3 which means bertepatan dengan tanggal keramat alias tanggalnya Hamzah lahir.  Selamat ya, Nak.  Walaupun bukan Maret, tetap aja di tanggal 3 itu, Hamzah bertambah besar dalam hitungan bulan.  3 Oktober ini alhamdulilah Hamzah sudah 2,7 tahun.


Tadinya sih ga ada niat belikan Hamzah sepeda, karena menurut Bunda sepeda roda tiga Hamzah masih bisa dipake dan masih bagus-bagus aja.  Tetapiiii...as usual...kalau sudah ke tempat kita belanja ini, Hamzah langsung aja  ke tempat sepeda dan dengan riang gembira mengayuhnya keliling supermarket sambil nyanyiin lagu Kring-Kring Ada Sepeda yang turut diramaikan oleh kibaran rambut kriwil-kriwilnya.  Dan si ayah dengan berbinar-binar mengawasi sambil sesekali mengejar ketika si kriwil hilang dari pandangan matanya. 

Ya udahlah....berhubung di rumah nenek, Hamzah suka memonopoli sepeda pinky winky Kakak Kiran, yo wis ....ayah bunda putuskan untuk membeli saja sepeda ini.  Sempat mikir sih, apa tidak terlalu besar untuk Hamzah sepedanya? Sepertinya begitu.  Tapi Hamzah bisa kok ngebut dengan sepeda ini....lagian kalau beli yang lebih kecil, khawatir Hamzah cuma make sebentar...eman-eman toh.  Kalau yang oren ini insyaallah Hamzah bisa pakai sampai SD nanti. 


Ada tiga yang ditawarin ke Hamzah, mau yang wimcycle batman? family tanpa gambar tapi sporty? atau si oren supehero united ini?

"Yang ini aja, Bunda.  Hamjah cuka."

Memang paling oke sih si oren secara cuma si oren ini aja yang dilengkapi dengan rem kumplit dan kring-kringan yang Hamzah sebut awas-awas (karena fungsinya menggantikan teriakan Hamzah untuk bikin orang minggir...hehe....).

Karena yang bakal punya sepedanya Hamzah, skalian deh Bunda dan Ayah minta Hamzah minta 'sendiri' si om untuk ngecek si oren.  Belajar untuk bisa mengurus keperluan sendiri sedari kecil ya, Nak. Kelar si Om ngecekin semuanya, baru kemudian sepedanya digiring ke kasir.  Masih dengan kring-kring ada sepedanya yang lantang.  :)

Comments

Popular posts from this blog

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Witir Si Sulung

Malam Kamis kemarin, anak bujang kecil saya melakukan sesuatu yang membesarkan hati saya, ibunya. Saya seketika merasa teramat mujur. Malam itu seperti malam-malam yang lain. Pukul delapan adalah waktu tidurnya. Waktunya kami berbaring. Waktu yang selalu ia gunakan memeluk saya erat-erat. Waktunya saya tak putus-putus menciumi wajah dan kepalanya. Waktu saat saya membacakan kisah-kisah teladan Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sebelum akhirnya ia lelap. Kami sudah di tempat tidur, berpelukan, saat ia sekonyong-konyong duduk dan bergerak turun.  "Hamzah mau ambil wudu dulu..." "O, iya...Bilal selalu melakukan itukan, ya..."ujar saya. Saya buntuti ia ke kamar mandi. Saya perhatikan dengan saksama ia membasuh wajah, tangan, kepala, telinga, dan kakinya.  Ia tersenyum.  "Witir tiga rakaat boleh, Bun?"tanyanya. Saya termangu. Ia bingung. Mengapa ibunya mendadak hening? "Bun..."panggilnya sambil menempelkan kepalanya di