Skip to main content

Rapunzel kah Sofia?

www.sodahead.com


Seumur-umur nonton, kayaknya baru yang kemarin ini yang bikin sakit hati tingkat tinggi.  Dari menit-menit awal film diputar, sebenarnya sudah punya feeling ga enak kalau tuh film bakal mengecewakan.  Dan betul!

Banyak hal yang make no sense dan bikin keki sekeki-kekinya.  Kalau saja film itu adalah live concert, entah sudah jadi apa panggung konser tersebut.

1.  Judul film sih mulia banget.  Saya pikir judul film itu akan menceritakan kisah seorang anak muda dan teman-temannya yang pengen beribadah ke tanah suci, tapi pas-pasan, jadi diputuskan untuk meraih Kabah dengan menjadi backpacker.  Menjelajahi sembilan negara yang tentunya tidak akan mudah untuk dijalani, tetapi pastinya akan banyak informasi berharga berupa budaya masyarakat setempat.  Jadi ekspektasi saya bahwa pengetahuan penonton tentang budaya negara lain bisa bertambah setelah menonton film ini adalah ekspektasi yang terlalu (baca 'terlalu'nya dengan gaya Bang Rhoma ya).

2.  Semua pemerannya aneh...apalagi jalan ceritanya...lebih aneh lagi.  Ceritanya si tokoh utama kecewa berat dengan Tuhan yang bikin pernikahannya gagal.  Padahal menurut saya nih ya...tokoh utamanya aja yang kepedean.  Dia suka sama si sofia (sahabatnya), pertama kali datang dengan pembuktian melalui bunga segar, trus bilang bahwa dia yakin dia cinta sama sofia.  Beeughhh! Minus usaha kan? Trus yang kedua, datang lagi dan bilang dengan yakin bahwa dia percaya bahwa  Sofialah yang dikirimkan Tuhan padanya dan dia akan langsung meminta ayahnya untuk melamar si pujaan hati yang merespon setiap kedatangannya dengan malu-malu mau gitu.  Ujung-ujungnya ketika pernikahan akan digelar, calon mempelai laki-laki dan keluarganya sudah duduk manis di mesjid untuk akad nikah....ealah....calon mempelai wanitanya tak kunjung tiba.  Dan tahukah Anda saudara-saudara? Ketika si mempelai laki-laki mendatangi rumah kekasih hatinya, mendobrak pintu kamarnya, yang didapatinya adalah kebaya nikah si wanita yang diletakkan dengan sangat manis dan rapi di atas ranjang berseprai putih...kemudian si laki-laki panik, lalu lari ke jendela, dan wualah dualah...pelarian ala Rapunzel yang didapatinya.  Sang pujaan hati kabur dari jendela dengan bantuan berbagai macam kain yang disambung panjang.  Mual banget ga sih?

3.  Ketika Sofia Rapunzel itu sukses membuat mimpinya berakhir, si tokoh utama memutuskan untuk hengkang ke Thailand.  Ceritanya dia emoh percaya lagi sama tuhan.  Di Thailand dia bertransformasi menjadi seorang yang hilang arah, suka minum-minum ga jelas gitu lah, dan walhasil suatu malam, temannya menjatuhkan dompetnya yang berisikan foto alrmahum ibunya tepat di atas meja para preman lokal yang sedang berjudi.  Di sini kisah bermula, terjadi baku hantam dengan kepala preman...dan si tokoh utama berhasil membunuhnya, dompetnya kembali berikut uang taruhan para preman di atas meja.  Tapi si tokoh utama terluka di bagian perut, lalu dia lari dari kejaran teman-teman preman yang dibunuhnya, bersembunyi di kamar seorang PSK Indonesia yang bekerja di Thailand, seorang bernama Maryati, yang menaruh hati padanya, yang dikelabui agen TKI, yang pada akhirnya memintanya untuk mengakhiri ketidakjelasan hidupnya, dan memohon agar ia bisa pulang ke Indonesia bersamanya, membina sebuah kehidupan baru.  Namun ditolak.  Kasihan deh si Maryati.

5.  9 negara yang numpang lewat.  Tiada kesan.  Hambar.  Hanya karena si tokoh utama jadi buronan polisi akibat kasus membunuh preman yang berwarganegara Thailand, ia kabur ke vietnam, lalu dari vietnam kemana lagi ya...? Yang jelas dia sampai terlunta-lunta akibat panas tinggi dari infeksi luka di perutnya, kemudian ada juga tayangan tidur di dalam kardus buah biar tidak kedinginan, dan ternyata  pingsan di dalamnya dan orang-orang tidak ada yang tahu, dipikir di dalam kardus itu ada berkilo-kilo semangka, dikemas dan di kirim ke Cina.  Di Cina, dibawa pake motor, trus karena jalanan jelek, kardusnya jatuh menggelinding ke sawah dan ditemukanlah dia oleh penduduk setempat,lalu dibawa ke rumah Imam Mesjid yang punya anak gadis cantik.  Diobatin sampai hampir sembuh sebelum akhirnya ketika hampir sembuh dia memutuskan ke India atas saran seseorang yang tidak dikenal, tetapi memberikan rekomendasi untuk menemui seseorang guna mengetahui tafsir mimpinya (aneh kaaaannn???? mimpinya lucu nian malah).  Diikutinnya hingga terjejaklah kedua kakinya sampai ke Nepal malahan.  Ketika sampai di Iran, bus yang ditumpanginya ditahan oleh segerombolan ekstrimis bersenjata, setelah habis dibogemmentahkan dan dipukul dengan popor senapan, endingnya si ekstrimis memeluknya setelah dia bisa membuktikan bahwa dirinya seorang muslim dengan membaca Al Qur'an yang disodorkan si ektrimis tak jelas itu.  Muaranya nih....si ekstrimis menawarinya untuk bekerja di kapal kenalannya yang akan membawanya ke Arab.  Jadi deh si tokoh utama ke Arab berkat jadi tukang bersih-bersih kapal si Tuan Arab.  Di Mekah, didatanginya salah satu pemakaman umum untuk berziarah ke makam ayahnya. Si tokoh utama insaf.  Kembali ke jalan yang benar. Bertemu ayahnya dalam bentuk fatamorgana, meluk, nyium, dan ayahnya pun hilang.  

6.  Karena kita sahabat.  Itulah alasan si Sofia Rapunzel memutuskan tidak jadi datang ke mesjid untuk melaksanakan pernikahan dengan si sahabatnya yang notabene tokoh utama dalam cerita ini. Maksudnya apa coba? Dan saya terus-terang saja menjadi terbengong-bengong dengan alasan yang diberikan sofia dalam again...fatamorgana yang dialami oleh si tokoh utama ketika berada di India.  Capeeeee deeeeeehhhhhhhhhh....! Tensi darah saya sepertinya naik pada bagian ini.

7.  Balon Udara dan Breett.  Itu mimpinya si tokoh utama.  Jangan bayangkan the real hot air balloon warna-warni seperti yang ada di iklan salah satu produk kosmetik yang dilakoni brand ambassadornya itu, yang terbang melintasi bentangan kebun anggur di Perancis.  Semata balon udara yang membawa tokoh utama melayang-layang hingga di atas bangunan berkubah dengan menara yang tajam di ujungnya adalah hasil rekayasa komputer sajah.  Ketika balon udara itu mengenai salah satu menara, balonnya sobek dan terpentallah si tokoh utama. Mimpi itu berulang kali. Di akhir cerita tidak pake mental lagi.  Karena si tokoh sudah insaf dan balon udara tetap terbang dengan lancar. 

Dan saya masih keki sendiri.   Bahka ketika pagi ini sahabat saya yang merayu saya untuk menonton film itu bersama, mengirim sebuah pesan singkat..."Left Behind sudah diputar belum?".  Sepertinya ia berusaha membawa Nicholas Cage untuk mengobati sakit hati ini.  Hahaha....! 

Comments

Popular posts from this blog

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Witir Si Sulung

Malam Kamis kemarin, anak bujang kecil saya melakukan sesuatu yang membesarkan hati saya, ibunya. Saya seketika merasa teramat mujur. Malam itu seperti malam-malam yang lain. Pukul delapan adalah waktu tidurnya. Waktunya kami berbaring. Waktu yang selalu ia gunakan memeluk saya erat-erat. Waktunya saya tak putus-putus menciumi wajah dan kepalanya. Waktu saat saya membacakan kisah-kisah teladan Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sebelum akhirnya ia lelap. Kami sudah di tempat tidur, berpelukan, saat ia sekonyong-konyong duduk dan bergerak turun.  "Hamzah mau ambil wudu dulu..." "O, iya...Bilal selalu melakukan itukan, ya..."ujar saya. Saya buntuti ia ke kamar mandi. Saya perhatikan dengan saksama ia membasuh wajah, tangan, kepala, telinga, dan kakinya.  Ia tersenyum.  "Witir tiga rakaat boleh, Bun?"tanyanya. Saya termangu. Ia bingung. Mengapa ibunya mendadak hening? "Bun..."panggilnya sambil menempelkan kepalanya di