Skip to main content

Karena waktu itu setia

Heran.  Heran liat someone yang sepertinya sudah lengkap sempurna gemah ripah loh jenawi hidupnyanya bersama suami dan anak-anaknya....eeeehhh....ternyata tersiar kabar dia bermain hati dengan cinta lamanya. Si cinta lama juga bukan lagi sendiri.  Hidupnya pun tidak seutuhnya untuk dirinya sendiri.  Ada istri dan anak-anaknya juga dibelakangnya.  Heran. 

Heran.  Apa yang salah?

Salah suami dari si istri yang bermain hati dibelakangnya?

Biasanya ketika hati sudah  bermain dengan tak terkendali, akan muncul seribu satu alasan yang membenarkan sebuah permainan yang tidak seharusnya itu.  Suami kurang ini lah, suami ga itu lah, terlalu sibuk lah, terlalu asik dengan dunianya sendiri lah...bla...bla..bla..bla....

Atau

Suami yang main hati dengan wanita lain pun sama juga.  Kalau pun mungkin tidak mengemukakan alasan-alasan yang mengambinghitamkan wanita resminya, seperti di sinetron-sinetron....mungkin akan ada seribu satu maaf yang dikeluarkan dari bibir manisnya...lalu janji sampai mati untuk tidak lagi mendua atau meniga.  Dan wanita yang kodrat ilahiahnya memang lembut rasa lembut jiwa dan lembut hati ini...ditambah pula ada anak-anak yang harus dipertimbangkan dalam hubungan dirinya dan suami, maka maaf pun diterima. Urusan sepenuhnya ditepati atau tidak...hanya tuhan yang tahu.

Siapa pun, bagaimana pun kondisinya, apa pun kelemahannya, sehebat apa pun dia, tidak satu pun yang ingin dikhianati.  Tidak wanita.  Tidak juga pria.

Jika memang ada rasa yang mungkin timbul tanpa diinginkan, lalu mengapa tidak selekasnya dibuang jauh-jauh? Mengapa tidak surut langkah untuk pulang ke rumah sendiri? Menemukan hal-hal indah yang pernah dicecap bersama istri atau suami? Waktu pastilah membawa banyak perubahan dalam sebuah ikatan perkawinan.  Tetapi bukankah waktu tidak melesapkan kenangan indah yang ada dalam rentangan masa lalu? Waktu masih setia menyimpan semua kenangan dan cerita usang beraneka kisah ditempatnya untuk nanti ketika penat menjalani yang sekarang, kita bisa melongokkan kepala kebelakang, menikmati yang indah di masa lalu.  Karena waktu itu setia.

Comments

Popular posts from this blog

Senin, 13 Juni 2016; 22.14 WIB

Alhamdulillah sudah ditamatkannya Iqra 1 semalam di bilangan usianya yg baru 4 tahun 3 bulan 11 hari.  Sudah dengan lancar dibacanya seluruh deretan huruf Hijaiyah dengan susunan runut, acak, maupun dr belakang. Bukan hal yg istimewa utk Musa sang Qori dari Bangka Belitung mungkin, tetapi ini menjadi berkah luar biasa untuk kami. Semoga Allah selalu memudahkanmu untuk menyerap ilmu-ilmu Islam berdasarkan Quran dan teladan Rasulullah ya, Nak. Semoga ilmu-ilmu itu nanti senantiasa menjadi suluh yg menerangi setiap langkahmu dlm menjalani kehidupan ke depan dengan atau tanpa ayah bunda. Semoga juga ilmu itu tak hanya menjadikanmu kaya sendiri, tetapi membuat orang-orang disekelilingmu pun merasakan manfaatnya karena ilmu yg bermanfaat itu adalah ilmu yg bisa diberikan dan bermanfaat bagi orang lain di luar dirimu. Allah Maha Mendengar. Dengan doa dan pinta Bunda, Allah pasti akan mengabulkannya. Amin. 😍

Dagangan Perdana

Ini sebenarnya postingan yang seharusnya diunggah 17 Januari. Unggahan tentang keberhasilannya menjalankan bakat kisprenerushipnya. "Sayang....gimana spagetinya?" "Alhamdulillah laris manis, Bun!" "Alhamdulillah...." "Trus,spageti untuk Bu Alha gimana?" "Maaf, Bun...untuk Bu Alha dibeli sama kawan Hamzah!" "Ooo...gitu...." "Iya! Bun...uang Hamzah banyak. 24 ribu. Tapi Hamzah pusing pas kawan-kawan rebutan." Bahagianya tak terkatakan. Ibunya lebih bahagia lagi. Pagi-pagi menyiapkan semua bahan untuk jualan perdananya. Anak lanang itu sendiri yang ingin mencoba berdagang. Beberapa hari kemarin bolak-balik bertanya apa kira-kira yang pas untuk dijualnya kepada teman-teman sekelasnya. Minuman atau makanan? "Jualan spageti aja gimana, Bun? Hamzah suka kesal soalnya tiap bawa spageti ke sekolah, teman-teman suka minta. Hamzah jadi dapatnya sedikit." Dari rasa kesalnya itulah ide ...

Tentang Ibu (1)

Ada yang berubah dari Ibu.  Perubahan yang membahagiakan. Kerinduannya yang terobati pada tanah suci, Kabah, dan makam Rasulullah telah membuat Ibu kembali seperti tahun-tahun sebelum 2016.  Ibu kembali sehat. Lahir dan batin. Setelah hampir tiga minggu Ibu bersama kami, baru malam lusa kemarin saya lama bercengkerama di kamar beliau. Izzati belum mengantuk.  Jadi sengaja saya membawa cucu bungsunya itu bermain-main di tempat tidur beliau.  Sambil bermain dengan Izzati, saya bertanya tentang banyak hal mengenai kepergiannya ke tanah suci di awal 2017 kemarin. Ibu begitu bersemangat menceritakan pengalamannya.  Posisinya yang semula duduk, berganti menjadi berdiri.  Tangannya bergerak lincah memperjelas berbagai kegiatan yang dilakukannya di sana. Matanya berbinar-binar. Air mukanya berseri-seri. Tak terbayangkan skala kebahagiaan yang melingkupi hatinya ketika menjejaki Baitullah. Ibu kami memang sudah lama sekali ingin ke Kabah. Semasa almarhum Bapak...