Skip to main content

I Love Presents

Dear aunties, still remember these presents? Bunda brought them for me when she came home a month ago.  I was so excited to see those colorful box in her hands.  And I could not stop smiling while touching them.  

From Auntie Elva.
Well, Aunties...thank you for the beautiful presents on my first birthday last month. Actually bunda had planned a small family gathering to celebrate my birthday, but she could not make it.  We mourned for my uncle who died suddenly early Saturday morning, the day before my day.  Bunda must have told you this. Did she tell you as well that Uncle Tomy was such a nice big guy who loved children very much?  I think I can still feel him. He left me the warmness of his hug when he held me tight and swung me gently in his arms five months ago. May his soul rest in peace and God grant strength to the members of the berieved family.

 from Auntie Mar
Anyway, here we go....with some pictures here you can see how happy I was to get the presents.  My dad helped me much to touch and to hold them. Again and again...thank you sooooo much for these lovely gifts.

from Auntie Echa





A big bunch of love,

Hamzah

Comments

  1. wadduh...br atu taon udh pinter ngomong inglis ya....cuakep!!!! trm ksh kmbl dede hamzah...b a good boy;)

    ReplyDelete
  2. iya, tante. kursus ma bunda. bahkan sebelum jadi orok, sudah digodok gitu deh! hahaha....! ini rencananya mo belajar bahasa batak, tante. bisa ngeles?

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

Witir Si Sulung

Malam Kamis kemarin, anak bujang kecil saya melakukan sesuatu yang membesarkan hati saya, ibunya. Saya seketika merasa teramat mujur. Malam itu seperti malam-malam yang lain. Pukul delapan adalah waktu tidurnya. Waktunya kami berbaring. Waktu yang selalu ia gunakan memeluk saya erat-erat. Waktunya saya tak putus-putus menciumi wajah dan kepalanya. Waktu saat saya membacakan kisah-kisah teladan Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sebelum akhirnya ia lelap. Kami sudah di tempat tidur, berpelukan, saat ia sekonyong-konyong duduk dan bergerak turun.  "Hamzah mau ambil wudu dulu..." "O, iya...Bilal selalu melakukan itukan, ya..."ujar saya. Saya buntuti ia ke kamar mandi. Saya perhatikan dengan saksama ia membasuh wajah, tangan, kepala, telinga, dan kakinya.  Ia tersenyum.  "Witir tiga rakaat boleh, Bun?"tanyanya. Saya termangu. Ia bingung. Mengapa ibunya mendadak hening? "Bun..."panggilnya sambil menempelkan kepalanya di