Skip to main content

Senin yang Serius

Silaturahmi yang dijadwalkan akan berlangsung ini di aula pukul delapan teng membuat Senin pagi ini menjadi begitu berbeda dari banyak Senin sebelumnya.

Tetapi ini bukan silaturahmi lepas tanpa bahasan lho ya...ini Silarutarrahmi Kebahasaan dan Kesastraan  yang membawa sebuah topik menarik, yaitu  "Menyoal Keberadaan Bahasa Melayu Jambi" dengan narasumber Natal P. Sitanggang, S.S., M.Hum. Ilmiah kan? Terlepas dari bahasan yang menarik di atas dan bagaimana hangatnya silaturrahmi di aula kantor dengan berbagai pendapat dari staf  Kantor Bahasa Provinsi Jambi, saya melihat bagaimana acara ini memberikan nuansa yang berbeda dan akan sangat baik jika terus dilanjutkan dengan mengusung berbagai topik yang bisa dibahas bersama.  Dalam artian, ternyata kita ga perlu nunggu kepastian anggaran turun untuk mengadakan kegiatan dan penelitian ke lapangan, inisiatif bagaimana memberdayakan diri sendiri ternyata terbukti bisa menggerakkan kita untuk berkumpul dan berdiskusi.

Jadi, ada atau tidak, turun atau belumnya anggaran, tidak jadi masalah....selama kita mau, kita bisa membuat kita 'ada'.

Smile!

Comments

Popular posts from this blog

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

The Women with Beatific Smiles

My world was filled with thousand of rainbows' colors when I saw those beatific smiles that night. I learn much from these women.