Skip to main content

Ngamuk ala Hamzah


Tingkah Hamzah yang paling baru, yang dilakukannya sejak kemarin adalah 'ngamuk'.  Kemajuan sih, karena itu berarti si kecil sudah tau bagaimana mengekspresikan perasaan ketidakpuasannya jika ada sesuatu yang tidak didapatnya.  Tetapi bundanya justru khawatir.

Ngamuknya rada ekstrim.  Dari berdiri, Hamzah akan langsung duduk sambil menangis kesal, dan beberapa saat kemudian akan menghempaskan badannya kebelakang.  Tidak terbayangkan kalau lengah, kepalanya akan langsung mendarat manis di lantai yang tidak bisa dikatakan lembut.

Tetapi di luar itu, masih tetep kok...ada kejutan-kejutan kecil yang bikin si bunda kagum.  Walaupun itu berupa amukannya.  Well done, Hamzah. Love you!

Comments

Popular posts from this blog

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

The Women with Beatific Smiles

My world was filled with thousand of rainbows' colors when I saw those beatific smiles that night. I learn much from these women.