Skip to main content

Cuti, Euy!

Yes...!

Cuti...! Cutii...! Cutiii......!

Terhitung mulai besok, cuy.  Dah girang aja bawaan membayangkan akan menghabiskan waktu dengan suami dan anak-anak sampai minggu pertama tahun depan.  Seabrek rencana sudah di kepala.  Becanda sepanjang hari dengan anak-anak, leyeh-leyehan di tempat tidur di pagi hari tanpa harus berulang kali melirik jam,  masak semua yang pengen di masak (khususnya request suami and si sulung), bersih-bersih rumah, nata kamar tamu yang masih berwujud gudang sementara, dan masih banyak lagi sederet rencana.

 (http://www.blog-trends.com)

Rencana yang paling penting dan mulia (halah....) adalah mengunjungi Mbah Uti dan Mbah Akung-nya anak-anak di Jakarta.  Mudah-mudahan ga akan ada aral melintang sampai hari keberangkatan, Minggu 23 desember pagi.  Kasian Mbah Uti dan Mbah Akung yang belum sempat liat Hamzah sedari lahirnya.  Dan besok ketika ketemu, ga tau deh apa mereka berdua bisa menggendong si cucu dari Sumatra ini, karena bobot badannya yang sudah sangat berat.  Dah hampir 11 kg deh kayaknya.

Trus di Jakarta mo ngapain? Tenaaang.  Semuanya sudah jelas.  Sudah di tulis di agenda.  Arisan keluarga besar Mbah Sumitro, wisata ke Anyer, ke Ragunan, hunting buku (as usual) ke Gramedia Matraman (kalau memungkinkan ke BP juga, pengen nambah koleksi roman-roman klasik para pujangga), trus wisata kuliner (ini sebenarnya yang paling penting..hehe....).

Itu aja sih.  Ga banyak.  Tapi harus berkesan.  Dan yang paling penting anak-anak enjoy.  Secara ini akan menjadi perjalanan pertama Hamzah ke luar kota, maka si bunda ini akan mempersiapkan semua-muanya dengan sebaik mungkin.  Mulai dari yang printilan sampe yang besar. Intinya sih biar liburan ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan.  Suami dan anak-anak sehat.  Bundanya juga.  Jadi suka-sukanya kita bisa maksimal.

So guys....yuk..take time for holiday dan mari kita sama-sama berdoa semoga liburan akhir tahun kita menyenangkan bersama orang-orang tercinta.

Comments

Popular posts from this blog

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

Witir Si Sulung

Malam Kamis kemarin, anak bujang kecil saya melakukan sesuatu yang membesarkan hati saya, ibunya. Saya seketika merasa teramat mujur. Malam itu seperti malam-malam yang lain. Pukul delapan adalah waktu tidurnya. Waktunya kami berbaring. Waktu yang selalu ia gunakan memeluk saya erat-erat. Waktunya saya tak putus-putus menciumi wajah dan kepalanya. Waktu saat saya membacakan kisah-kisah teladan Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sebelum akhirnya ia lelap. Kami sudah di tempat tidur, berpelukan, saat ia sekonyong-konyong duduk dan bergerak turun.  "Hamzah mau ambil wudu dulu..." "O, iya...Bilal selalu melakukan itukan, ya..."ujar saya. Saya buntuti ia ke kamar mandi. Saya perhatikan dengan saksama ia membasuh wajah, tangan, kepala, telinga, dan kakinya.  Ia tersenyum.  "Witir tiga rakaat boleh, Bun?"tanyanya. Saya termangu. Ia bingung. Mengapa ibunya mendadak hening? "Bun..."panggilnya sambil menempelkan kepalanya di