Skip to main content

Tinggi Anak Ditentukan Sebelum Usia 2 Tahun

JAKARTA, KOMPAS.com - Jika Anda menginginkan sang buah hati tumbuh dengan postur yang cukup tinggi, maka mulailah mengusahakannya sejak ia berusia 0 sampai 24 bulan. Pada masa yang disebut sebagai golden periode, tinggi badan anak akan berkembang lebih cepat. Periode ini juga sangat menentukan untuk tumbuh kembang anak di masa dewasa.

Memasuki masa sekolah, pertumbuhan tinggi badan anak tidak banyak perkembangannya. Namun pada masa pubertas, tinggi anak akan mengalami penambahan. Di masa ini, bisa menjadi saat yang tepat menambah tinggi badan anak. Untuk anak perempuan akan tinggi lebih cepat ketimbang anak laki-laki.

"Tinggi badan itu sulit dikejar kalau mentok ya sudah. Bisa dikejar di masa pubertas, tapi yang menentukan sebenarnya pada usia 0 sampai 24 bulan," kata ahli Gizi dari Politeknik Kesehatan Jakarta II Ayu Anggraeni Dyah Purbasari, saat ditemui dalam acara seminar MP ASI “Golden Standard for Golden Periode” di Jakarta, Sabtu (4/8/2012).

Untuk mengusahakan tinggi badan anak secara maksimal, maka kebutuhan gizi anak pada setiap tahap harus terpenuhi. Tahap-tahap tersebut adalah pemberian makanan pada bayi dan anak usia 0 - 24 bulan meliputi kegiatan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam 1 jam setelah bayi lahir, dilanjutkan ASI Eksklusif selama 6 bulan sejak lahir, memberikan makanan pendamping ASI atau MP ASI mulai usia 6 bulan dan terus menyusu ASI sampai 24 bulan atau lebih.

Pada tahap pemberian MP ASI, bayi perlu makanan bergizi seimbang. Gizi yang seimbang bisa didapatkan dari makanan beranekaragam dengan jumlah lengkap, pada waktu tepat dan frekuensinya cukup. Secara bertahap, bayi perlu diberi makanan yang memenuhi unsur energi, protein, zat besi dan vitamin A.

Untuk sumber enegi, ibu bisa mendapatkan dari makanan pokok dengan kandungan karbohidrat, seperti nasi, tepung-tepungan, umbi-umbian, roti dan sereal. Vitamin A pada makanan bayi bisa didapatkan dari sayuran dan buah berwarna kuning dan merah, lauk nabati seperti tahu, tempe, dan kacang-kacangan.

Sedangkan zat besi, protein dan zinc bisa didapatkan dari bahan makanan hewani seperti hati, ikan, daging, ayam dan telur. Atau, susu dan hasil olahannya seperti keju yogurt dan mentega.

(sumber: kompas.com)

Comments

Popular posts from this blog

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

Witir Si Sulung

Malam Kamis kemarin, anak bujang kecil saya melakukan sesuatu yang membesarkan hati saya, ibunya. Saya seketika merasa teramat mujur. Malam itu seperti malam-malam yang lain. Pukul delapan adalah waktu tidurnya. Waktunya kami berbaring. Waktu yang selalu ia gunakan memeluk saya erat-erat. Waktunya saya tak putus-putus menciumi wajah dan kepalanya. Waktu saat saya membacakan kisah-kisah teladan Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sebelum akhirnya ia lelap. Kami sudah di tempat tidur, berpelukan, saat ia sekonyong-konyong duduk dan bergerak turun.  "Hamzah mau ambil wudu dulu..." "O, iya...Bilal selalu melakukan itukan, ya..."ujar saya. Saya buntuti ia ke kamar mandi. Saya perhatikan dengan saksama ia membasuh wajah, tangan, kepala, telinga, dan kakinya.  Ia tersenyum.  "Witir tiga rakaat boleh, Bun?"tanyanya. Saya termangu. Ia bingung. Mengapa ibunya mendadak hening? "Bun..."panggilnya sambil menempelkan kepalanya di