Skip to main content

Where Are They?

What to do?

I miss all my StuNed 2009's friends a lot!

Gara-garanya ngomentarin statusnya Eko yang lagi kebelet pipis di Rotterdam sana, Evan muncul dengan (seperti biasa....) komennya yang bikin perut geli banget karena ketawa. Komennya evan selalu gila! SELALU! Dan itu bikin kangen!

Kangen untuk mendengar langsung komen-komen sinting evan dari mulutnya. Kapan ya? Super kangen juga memperhatikan kekinya Elen Bless yang sering digodai Evan, atau teriakan cekikikan si cantik Sarah yang ga bisa nahan gelaknya karena keedanan celoteh si Evan. Atau lagi...ngakak sengakak-ngakaknya karena Evan terus aja menggoda Mbak Asih yang dengan sabar dan tawakal menerima semua godaan Evan dengan lapang dada. Ya Tuhan, swear....rindu berat dengan mereka semua.

Apa bisa kumpul semuanya someday? Secara ga bisa dipungkiri tiap-tiap orang, apalagi yang dah jadi emak-emak dengan para batitanya rada susah untuk pergi jauh meninggalkan buah hati. Sekarang aja nih, sudah lumayan jarang melihat celotehan dan saling membalas kata di jejaring sosial. Sudah pada sibuk semua sepertinya dengan kehidupan masing-masing. Jangankan itu, yang satu kota juga jaraaaaaaaang bertatap muka. Masing-masing sudah disandera oleh kesibukannya.

Tapi ga papa donk, tetap berharap suatu saat nanti, walaupun mungkin ga semua cuma satu dua orang atau segelintir lah....masih bisa juga kita bersua. Ya kan? Semoga!

Miss u all, guys....!

Comments

Popular posts from this blog

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Witir Si Sulung

Malam Kamis kemarin, anak bujang kecil saya melakukan sesuatu yang membesarkan hati saya, ibunya. Saya seketika merasa teramat mujur. Malam itu seperti malam-malam yang lain. Pukul delapan adalah waktu tidurnya. Waktunya kami berbaring. Waktu yang selalu ia gunakan memeluk saya erat-erat. Waktunya saya tak putus-putus menciumi wajah dan kepalanya. Waktu saat saya membacakan kisah-kisah teladan Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sebelum akhirnya ia lelap. Kami sudah di tempat tidur, berpelukan, saat ia sekonyong-konyong duduk dan bergerak turun.  "Hamzah mau ambil wudu dulu..." "O, iya...Bilal selalu melakukan itukan, ya..."ujar saya. Saya buntuti ia ke kamar mandi. Saya perhatikan dengan saksama ia membasuh wajah, tangan, kepala, telinga, dan kakinya.  Ia tersenyum.  "Witir tiga rakaat boleh, Bun?"tanyanya. Saya termangu. Ia bingung. Mengapa ibunya mendadak hening? "Bun..."panggilnya sambil menempelkan kepalanya di