Skip to main content

Ramadhan Seru 1433 H

Ramadhan tahun ini menjadi ramadhan seru dengan kehadiran Hamzah. Jika tahun lalu Hamzah masih bercokol di dalam perut si bunda ndutnya ini, maka tahun ini Hamzah sudah berusia empat bulan lebih dan turut meramaikan buka puasa ayah dan abang Rio dengan tawa dan kehadirannya disalah satu sisi meja makan.

Seperti juga tahun lalu, demi si buah hati yang bernama Hamzah itu (hehehe...) si bundanya ini rela tidak berpuasa sebulan penuh. Jika tahun lalu demi janin yang ga ingin kekurangan nutrisi, maka tahun ini Ramadhan dilakonin tanpa berpuasa dengan harapan ASI akan tetap lancar dan berlimpah untuk jagoan tercinta yang memang sumber kehidupannya hanya pada ASI tok!

Tetapi kesibukan menyiapkan buka puasa belahan jiwa dan Rio tetap sama kok. Pukul empat sore sudah wara-wiri di dapur, buka-tutup kulkas, iris ini itu, goreng ini itu juga, sambil sesekali tetap memberikan haknya Hamzah jika si bontot itu mulai mewek karena haus. Ok! Tinggalkan segala bentuk urusan dapur, cuci tangan bersih-bersih, lepaskan celemek, dan hup...Hamzah pun telah di tangan bunda ya, nak. Siap untuk disusukan. Lalu seperti biasa, mata kami akan saling bertatapan, tangannya akan tak berhenti menarik segala apa yang bisa ditariknya, biasanya sih bagian atas baju bundanya. Apalagi kalau baju si bunda eye-catching. Udah deh....nenen sambil tarik sana-sini, sambil sesekali tersenyum jika si bunda melotot dan mengagetkannya.

Intinya, Ramadhan ini...super seru deh!

Comments

Popular posts from this blog

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Witir Si Sulung

Malam Kamis kemarin, anak bujang kecil saya melakukan sesuatu yang membesarkan hati saya, ibunya. Saya seketika merasa teramat mujur. Malam itu seperti malam-malam yang lain. Pukul delapan adalah waktu tidurnya. Waktunya kami berbaring. Waktu yang selalu ia gunakan memeluk saya erat-erat. Waktunya saya tak putus-putus menciumi wajah dan kepalanya. Waktu saat saya membacakan kisah-kisah teladan Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sebelum akhirnya ia lelap. Kami sudah di tempat tidur, berpelukan, saat ia sekonyong-konyong duduk dan bergerak turun.  "Hamzah mau ambil wudu dulu..." "O, iya...Bilal selalu melakukan itukan, ya..."ujar saya. Saya buntuti ia ke kamar mandi. Saya perhatikan dengan saksama ia membasuh wajah, tangan, kepala, telinga, dan kakinya.  Ia tersenyum.  "Witir tiga rakaat boleh, Bun?"tanyanya. Saya termangu. Ia bingung. Mengapa ibunya mendadak hening? "Bun..."panggilnya sambil menempelkan kepalanya di