Skip to main content

Stok buat Hamzah

Cuma 30 ml. Iya...cuma 30 ml ASI yang baru bisa diperah buat stok Hamzah kalau nanti bundanya ini mulai ngantor bulan depan. Hmmm...rada khawatir juga, cemas nian malahan...takut ASI tidak terkumpul banyak untuk Hamzah bulan Juni kedepan.


Bukan apa-apa. Belajar dari Rio yang full ASI ketika bayinya, maka saya benar-benar bertekad untuk melakukan hal yang sama dengan Hamzah. Saya ingin Hamzah sama sehatnya dan tahan banting seperti abangnya. Bisa dihitung dengan satu tangan aja, dan ga sampe habis lima jari, sesering apa Rio sakit selama ini. Kalau pun sakit, itu ga jauh-jauh dari kecelakaan kecil, seperti jatuh dari sepeda, main bola, dll. Kalau pilek dan demam atau batuk bisa dikatakan sangat jarang. Mau panas-panasan atau hujan-hujanan juga no problemo.

Nah...berangkat dari itu...maka si bunda ini sudah mulai berusaha untuk memerah ASI. Dan hasilnya ya itu tadi, masih tidak seberapa. Tetapi tetap ga patah semangat. ASI yang 30 ml tetap disimpan di freezer. Perjuangan memerah akan dilanjutkan besok dan semoga hasilnya lebih memuaskan. Demi buah hati. Demi Hamzah. Demi cinta!

Comments

Popular posts from this blog

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Witir Si Sulung

Malam Kamis kemarin, anak bujang kecil saya melakukan sesuatu yang membesarkan hati saya, ibunya. Saya seketika merasa teramat mujur. Malam itu seperti malam-malam yang lain. Pukul delapan adalah waktu tidurnya. Waktunya kami berbaring. Waktu yang selalu ia gunakan memeluk saya erat-erat. Waktunya saya tak putus-putus menciumi wajah dan kepalanya. Waktu saat saya membacakan kisah-kisah teladan Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sebelum akhirnya ia lelap. Kami sudah di tempat tidur, berpelukan, saat ia sekonyong-konyong duduk dan bergerak turun.  "Hamzah mau ambil wudu dulu..." "O, iya...Bilal selalu melakukan itukan, ya..."ujar saya. Saya buntuti ia ke kamar mandi. Saya perhatikan dengan saksama ia membasuh wajah, tangan, kepala, telinga, dan kakinya.  Ia tersenyum.  "Witir tiga rakaat boleh, Bun?"tanyanya. Saya termangu. Ia bingung. Mengapa ibunya mendadak hening? "Bun..."panggilnya sambil menempelkan kepalanya di