Skip to main content

Ngeden Daging

Pernah dengar istilah ini? Belum? Saya juga baru tahu ada istilah 'ngeden daging' dari ibu saya, setelah ada Rio dan Hamzah. Sebelum mereka ada, saya cuma tahu istilah 'ngeden' ya sebagai sesuatu yang berurusan dengan usaha kita di toilet.

Sering donk liat anak bayi ngulet begitu bangun tidur? Kalau Hamzah sih nguletnya lumayan lamaaa...rada beda dengan rio dulu yang nguletnya biasa aja dan ekspresinya tidak serame Hamzah. Kalau Hamzah, prosesi nguletnya dimulai dengan tangan yang digerakkan ke atas, bibir dimonyongkan, badannya diliukkan ke kiri atau ke kanan, kedua kaki di angkat setinggi yang dia bisa, alis mata digerakkan turun naik, kening berkerinyut, tetapi mata tetap tertutup, tidak ketinggalan suara ngeden gitu, persis kayak mau poop, terakhir wajahnya akan berubah menjadi merah padam. Naahhh...proses ngulet lengkap dengan suara ngeden itulah yang dinamakan 'ngeden daging'. Ya walaupun sebenarnya 'ngeden daging' itu juga sering dilakukan oleh kita-kita orang dewasa setiap bangun tidur sebelum beranjak dari kasur, tujuannya untuk meregangkan otot-otot yang tegang. Tetapi istilah 'ngeden daging' tidak berlaku untuk kita ya. Ya iyalah...secara pertumbuhan sudah selesai! :)

Kok 'ngeden daging'? Saya juga tadinya bertanya begitu. Dan ibu saya menjawab begini..."coba lihat badannya si Hamzah. Tuh...tangan dan kakinya ada lipatan-lipatan di beberapa bagian. Itu pertanda kalau dia bakal gemuk, bakal nambah daging lagi sampai lipatan-lipatan tersebut hilang. Kalo dia bangun, trus ngeden daging, itu pertanda si bayi sedang gedein badan".

Saya pun manggut-manggut, walaupun di dalam hati saya sebenarnya protes, karena menurut saya 'ngeden daging' itu yang sama aja sama ngulet. Dan dagingnya si Hamzah bakal bertambah ya pasti ada relevansinya dengan asupan asi donk. Hehe..! Tapi...saya tetap manggut-manggut, secara ibu saya memiliki pengalaman yang luebih ketimbang saya dalam memiliki dan merawat bayi. Jadi kamus bayinya jauh lebih lengkap dari yang saya punya. Otomatis toch? Dan saya sangat sukaaaa sekali melihat ritual 'ngeden daging'nya Hamzah setiap pagi. Begitu kaya ekspresi!

Comments

Popular posts from this blog

Dagangan Perdana

Ini sebenarnya postingan yang seharusnya diunggah 17 Januari. Unggahan tentang keberhasilannya menjalankan bakat kisprenerushipnya. "Sayang....gimana spagetinya?" "Alhamdulillah laris manis, Bun!" "Alhamdulillah...." "Trus,spageti untuk Bu Alha gimana?" "Maaf, Bun...untuk Bu Alha dibeli sama kawan Hamzah!" "Ooo...gitu...." "Iya! Bun...uang Hamzah banyak. 24 ribu. Tapi Hamzah pusing pas kawan-kawan rebutan." Bahagianya tak terkatakan. Ibunya lebih bahagia lagi. Pagi-pagi menyiapkan semua bahan untuk jualan perdananya. Anak lanang itu sendiri yang ingin mencoba berdagang. Beberapa hari kemarin bolak-balik bertanya apa kira-kira yang pas untuk dijualnya kepada teman-teman sekelasnya. Minuman atau makanan? "Jualan spageti aja gimana, Bun? Hamzah suka kesal soalnya tiap bawa spageti ke sekolah, teman-teman suka minta. Hamzah jadi dapatnya sedikit." Dari rasa kesalnya itulah ide ...

Senin, 13 Juni 2016; 22.14 WIB

Alhamdulillah sudah ditamatkannya Iqra 1 semalam di bilangan usianya yg baru 4 tahun 3 bulan 11 hari.  Sudah dengan lancar dibacanya seluruh deretan huruf Hijaiyah dengan susunan runut, acak, maupun dr belakang. Bukan hal yg istimewa utk Musa sang Qori dari Bangka Belitung mungkin, tetapi ini menjadi berkah luar biasa untuk kami. Semoga Allah selalu memudahkanmu untuk menyerap ilmu-ilmu Islam berdasarkan Quran dan teladan Rasulullah ya, Nak. Semoga ilmu-ilmu itu nanti senantiasa menjadi suluh yg menerangi setiap langkahmu dlm menjalani kehidupan ke depan dengan atau tanpa ayah bunda. Semoga juga ilmu itu tak hanya menjadikanmu kaya sendiri, tetapi membuat orang-orang disekelilingmu pun merasakan manfaatnya karena ilmu yg bermanfaat itu adalah ilmu yg bisa diberikan dan bermanfaat bagi orang lain di luar dirimu. Allah Maha Mendengar. Dengan doa dan pinta Bunda, Allah pasti akan mengabulkannya. Amin. 😍

Tentang Ibu (1)

Ada yang berubah dari Ibu.  Perubahan yang membahagiakan. Kerinduannya yang terobati pada tanah suci, Kabah, dan makam Rasulullah telah membuat Ibu kembali seperti tahun-tahun sebelum 2016.  Ibu kembali sehat. Lahir dan batin. Setelah hampir tiga minggu Ibu bersama kami, baru malam lusa kemarin saya lama bercengkerama di kamar beliau. Izzati belum mengantuk.  Jadi sengaja saya membawa cucu bungsunya itu bermain-main di tempat tidur beliau.  Sambil bermain dengan Izzati, saya bertanya tentang banyak hal mengenai kepergiannya ke tanah suci di awal 2017 kemarin. Ibu begitu bersemangat menceritakan pengalamannya.  Posisinya yang semula duduk, berganti menjadi berdiri.  Tangannya bergerak lincah memperjelas berbagai kegiatan yang dilakukannya di sana. Matanya berbinar-binar. Air mukanya berseri-seri. Tak terbayangkan skala kebahagiaan yang melingkupi hatinya ketika menjejaki Baitullah. Ibu kami memang sudah lama sekali ingin ke Kabah. Semasa almarhum Bapak...