Skip to main content

My Day

Sudah 32 tahun saja!

Sudah 2 tahun ini meninggalkan angka 20-an.

Getting older pastinya. Tetapi semangat harus tetap muda dong. Doa-doa dari teman-teman dan sahabat serta keluarga tercinta makin mengukuhkan betapa saya benar-benar harus bersyukur atas nikmat hidup yang masih diberikan Allah SWT. Thanks for all the good prayers, Guys. Seketika saya merasa menjadi begitu 'kaya'. Bagaimana mungkin saya tidak merasa kaya dengan begitu banyaknya rezeki yang dilimpahkan Allah kepada saya. Tentu saja bukan semata berupa pundi-pundi tetapi juga keluarga yang selalu ada ketika saya butuh, sahabat-sahabat, dan teman-teman yang hangat.

Jika ditanya kepada siapa saya akan memberikan potongan kue ulang tahun saya pertama kali? Jujur saja, saya pasti akan bingung. Suamikah yang selama delapan tahun lebih mendampingi saya? Yang telah merelakan saya jauh selama satu tahun lebih demi sebuah mimpi yang saya ukir sedari kecil dulu? Yang dengan sabar tak bertepinya menerima semua keluh kesah dan hal-hal yang tidak menyenangkan dari saya (karena saya manusia biasa). Orang tua kah? Yang tentunya mustahil saya ada tanpa mereka. Mereka pun membuat saya ada dengan cinta yang tentu saja indah dan bertanggung jawab. Terbukti dengan segala cinta dan sayangnya mereka mengabaikan kesenangan pribadi mereka demi mendidik dan membesarkan saya, bahkan hingga detik ini tak pernah sekalipun mengabaikan saya meski telah ada menantu mereka yang mengambil alih tanggung jawab atas diri saya dari mereka sejak sewindu lalu. Adik-adik saya kah? Yang dengan semua tingkah pola mereka membuat hidup saya teramat sangat berwarna dan bercorak ceria tanpa ada sedikitpun ternodai oleh perasaan negatif apapun semata karena saya terlahir lebih dulu dari mereka. Rio kah? Yang melengkapi kehidupan saya dan suami sehingga menjadikan kami belajar banyak menjadi orangtua yang ideal walaupun sampai saat ini tetap merasa masih kurang ideal dan mungkin tidak bisa seideal sebagaimana orang tua saya dulu mendidik saya. Sahabat atau teman? Yang tentunya tanpa ada keraguan sama sekali bisa saya katakan bahwa kebanyakan dari mereka hadir dan menjelma menjadi seperti saudara bagi saya karena perhatian, perlakuan, dan kehangatan yang mereka berikan disaat saya butuh bahkan disaat saya merasa saya sedang tidak butuh mereka sama sekali. Wajar kan kalau saya bingung? Semua mengisi hampir 100% volume hati saya. Sama halnya seperti fungsi hati itu sendiri yang vital sebagai salah satu kelenjar terbesar di dalam tubuh untuk mendetoksifikasi senyawa racun, maka mulai dari suami, anak, keluarga, sampai sahabat dan teman pun sama persis seperti hati yang ada di dalam tubuh saya, mereka semua membuang jauh hal-hal yang tidak menyenangkan dalam hidup saya dan membuat hari-hari saya menjadi sempurna dengan aneka ragam warna berbeda yang mereka bawa melalui senyum, tawa, canda, peluk, cium, dan rangkulan.

Malah saya pikir hidup saya bahkan lebih meriah dari suasana pesta Luncheon of the Boating Party-nya Pierre Auguste Renoir yang terkenal itu. Walaupun tanpa topi yang dihiasi bunga-bunga mekar, minuman, dan berbagai kudapan serta meja bertaplakan linen putih minus renda. Mungkin lukisan meriahnya hidup saya lebih asbtrak dari abstraknya karya Affandi, namun tetap saja penuh warna. Tidak hanya hitam, putih, dan abu-abu.

Tahun ini, menjelang 32, semua cerita sebenarnya tidak melulu sama. Pasang surut juga. Tetapi yang terpenting adalah semuanya ternyata datang bukan tanpa pelajaran yang bisa dipetik. Mau suka, baik pun duka, gembira dan sedih...pada akhirnya semua bisa lebih mendewasakan saya.

32 tahun.

Semoga Allah mengabulkan puluhan doa yang dikirimkan di hari saya ini. Juga membuat hidup saya lebih bermanfaat untuk orang-orang di sekitar saya. Lebih bermakna!

Comments

  1. makasih,bil. sukses untukmu juga bil. pegang omonganmu dulu itu ya. kalo modal udah cukup, majulah...! jangan ragu-ragu! perubahan ada di tangan anak muda yang idealis lho. aku dan teman-teman lain tinggal tunggu kabar menggembirakan itu di metro tv beberapa tahun mendatang. hahaha! be blessed, bro! eit...salut juga untuk sebuah keputusan besar yang sdh kamu buat. veel succes!

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Witir Si Sulung

Malam Kamis kemarin, anak bujang kecil saya melakukan sesuatu yang membesarkan hati saya, ibunya. Saya seketika merasa teramat mujur. Malam itu seperti malam-malam yang lain. Pukul delapan adalah waktu tidurnya. Waktunya kami berbaring. Waktu yang selalu ia gunakan memeluk saya erat-erat. Waktunya saya tak putus-putus menciumi wajah dan kepalanya. Waktu saat saya membacakan kisah-kisah teladan Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sebelum akhirnya ia lelap. Kami sudah di tempat tidur, berpelukan, saat ia sekonyong-konyong duduk dan bergerak turun.  "Hamzah mau ambil wudu dulu..." "O, iya...Bilal selalu melakukan itukan, ya..."ujar saya. Saya buntuti ia ke kamar mandi. Saya perhatikan dengan saksama ia membasuh wajah, tangan, kepala, telinga, dan kakinya.  Ia tersenyum.  "Witir tiga rakaat boleh, Bun?"tanyanya. Saya termangu. Ia bingung. Mengapa ibunya mendadak hening? "Bun..."panggilnya sambil menempelkan kepalanya di