Begitu seringnya suami memanjakan lidah istri dengan secangkir teh hangat pekat buatannya belakngan ini membuat si istri ini jadi tidak lagi merasakan enaknya teh hangat pekat buatannya sendiri. Padahal beberapa bulan lalu, teh hangat sang istri masih jadi juara di meja makan, masih juga jadi sumber pujian suami ketika telah rapi jali sehabis mandi sore dan duduk dengan manis dengan remote di tangan kiri, tangan kanan mengangkat cangkir putih berbunga ungu di pinggirnya, dan menyeruputnya sedikit demi sedikit.
"Hmmmm....mantap, Bun!"
Awalnya semalam pengen buat teh sendiri. Dengan dua sendok gula seperti biasanya. Tetapi entah mengapa rasanya kali ini berbeda. Hanya habis setengah cup dan sisanya dibiarkan nganggur. Begitu suami selesai sholat Isya, ikutan rebahan di samping, berharap lidah sendiri yang salah, sang istri memberikan teh hangat tadi. Meminta suami meneguknya sedikit.
"Rasanya beda ya sama yang biasa abang buat?"tanya Istri dengan alis mata sedikit bertaut.
Beberapa detik kemudian suami mengangguk.
"I am the master now!"
"Hmmmm....mantap, Bun!"
Awalnya semalam pengen buat teh sendiri. Dengan dua sendok gula seperti biasanya. Tetapi entah mengapa rasanya kali ini berbeda. Hanya habis setengah cup dan sisanya dibiarkan nganggur. Begitu suami selesai sholat Isya, ikutan rebahan di samping, berharap lidah sendiri yang salah, sang istri memberikan teh hangat tadi. Meminta suami meneguknya sedikit.
"Rasanya beda ya sama yang biasa abang buat?"tanya Istri dengan alis mata sedikit bertaut.
Beberapa detik kemudian suami mengangguk.
"I am the master now!"
Comments
Post a Comment