Gara-garanya Netty yang terus aja nyerocos tentang kepiting sehabis makan di KFC hari Jumat lalu, jadilah bumil ini tergiur untuk menyantap tuan crab yang bersemu merah. Begitu suami pulang, langsung lapor..."Nyari kepiting susah ya. Padahal pengen lho..".
Langsung di janjiin "Nanti ya dicariin. Jualnya malem, di depan kehutanan". Okay lah! Sabtu menjelang dan Minggu malam baru dapat. Tuan crab bersemu merah dan tumis kangkung. Mantap kan? Tumis kangkungnya buatan suami sendiri lho. Enak! Kok bisa suami yang buat? Secara paling anti sama bau minyak goreng dan segala yang sedang ditumis, selama proses pembuatan tumis kangkung itu, si istri mengurung diri di kamar. Bertemankan sebotol minyak kayu putih yang tinggal setengahnya. Aroma terapi favorit selama dua bulan belakangan ini.
Begitu pembungkus kepiting dibuka, harumnya semerbak. Nasi sepiring (ga penuh), tumis kangkung, dan dua capitnya yang berdaging. Rio juga ikutan bantuin makan. Ternyata harapan tidak begitu sesuai dengan kenyataan, si tuan crab tidak selazis penampakannya. Kepiting nyaris berenang di dalam kubangan mentega cair berbumbu rada gelap. Gurihnya terlalu kelewatan. Begitu kelewatannya hingga bikin eneg.
Suami malah yang paling protes ternyata begitu ikutan nimbrung nyicipin si tuan crab yang dibelinya.
"Wah..mengecewakan! Besok abang beli aja kepiting yang segar di pasar ya. Trus kita masak sendiri. Di rebus dengan sereh juga lebih enakan ketimbang yang beginian. Abang setengah hati juga sih beliin buat Isa tadi. Proses memasaknya itu lho."
Si istri ngiyaiin ajah. Secara dah terbayang lagi enaknya kepiting segar yang akan dibeli suami. Trus dimasak berdua, maksudnya si istri yang ngeracikin bumbu semuanya, dan suami yang berlaga di depan kompor. Kompak kan?
By the way...kepiting berenang di mentega ini juga bikin ketawa sendiri, jadi ingat ayam goreng mentega yang dulu dipesan sohib tercinta di warung makan belakang Kantor Kejaksaan. Lucu! Udahlah lamaaaaa baru nyampe si ayam, eeehhh...begitu terhidang di depan mata, ayamnya tenggelam di dalam lautan mentega. Sohib saya yang tercinta itu langsung ngamuk-ngamuk. Saking marahnya, tak hendak lagi ia memesan makanan lain. Dan ia haramkan juga kakinya melangkah untuk menu yang sama ke warung itu. Sadis! :)
Langsung di janjiin "Nanti ya dicariin. Jualnya malem, di depan kehutanan". Okay lah! Sabtu menjelang dan Minggu malam baru dapat. Tuan crab bersemu merah dan tumis kangkung. Mantap kan? Tumis kangkungnya buatan suami sendiri lho. Enak! Kok bisa suami yang buat? Secara paling anti sama bau minyak goreng dan segala yang sedang ditumis, selama proses pembuatan tumis kangkung itu, si istri mengurung diri di kamar. Bertemankan sebotol minyak kayu putih yang tinggal setengahnya. Aroma terapi favorit selama dua bulan belakangan ini.
Begitu pembungkus kepiting dibuka, harumnya semerbak. Nasi sepiring (ga penuh), tumis kangkung, dan dua capitnya yang berdaging. Rio juga ikutan bantuin makan. Ternyata harapan tidak begitu sesuai dengan kenyataan, si tuan crab tidak selazis penampakannya. Kepiting nyaris berenang di dalam kubangan mentega cair berbumbu rada gelap. Gurihnya terlalu kelewatan. Begitu kelewatannya hingga bikin eneg.
Suami malah yang paling protes ternyata begitu ikutan nimbrung nyicipin si tuan crab yang dibelinya.
"Wah..mengecewakan! Besok abang beli aja kepiting yang segar di pasar ya. Trus kita masak sendiri. Di rebus dengan sereh juga lebih enakan ketimbang yang beginian. Abang setengah hati juga sih beliin buat Isa tadi. Proses memasaknya itu lho."
Si istri ngiyaiin ajah. Secara dah terbayang lagi enaknya kepiting segar yang akan dibeli suami. Trus dimasak berdua, maksudnya si istri yang ngeracikin bumbu semuanya, dan suami yang berlaga di depan kompor. Kompak kan?
By the way...kepiting berenang di mentega ini juga bikin ketawa sendiri, jadi ingat ayam goreng mentega yang dulu dipesan sohib tercinta di warung makan belakang Kantor Kejaksaan. Lucu! Udahlah lamaaaaa baru nyampe si ayam, eeehhh...begitu terhidang di depan mata, ayamnya tenggelam di dalam lautan mentega. Sohib saya yang tercinta itu langsung ngamuk-ngamuk. Saking marahnya, tak hendak lagi ia memesan makanan lain. Dan ia haramkan juga kakinya melangkah untuk menu yang sama ke warung itu. Sadis! :)
Comments
Post a Comment