Skip to main content

I love (this) Saturday

Mar datang hari ini dengan bahan-bahan pindangnya. She did all things by herself for me. Thanks,buddy! So far...to tell you the truth guys, no one can beat her in making pindang. She is the best! (She is also the Chef for Burgo and Rujak Mie. Just come to Jambi someday and I'll bring you to her to enjoy all the food! I promise!)

Then, at lunch time...my big fam came. My dad and my uncle took their first turn. Don't ask what they said. They ate without any words but their eyes told me that it was a perfect lunch! I am happy...! My husband also did not want to loose his chance. A bowl of hot pindang patin welcoming him at 1 pm. When I asked him "What about the lunch with the staff?". He smiled and said "It is raining and what's much better than this?". Hahaha.....! Cannot be denied! You are 100% correct, darling!

The next group came an hour later. Mom, Ilman, Wulan, and two little big kids (Rio and Fia) behind them. No comment about the menu! That signed the same thing as what my dad and his brother did while eating. Wordless means everything on the table is very okay!

That's all about today! So special with so delicious pindang patin ala Chef Maryani. Last but not least, it was my beautiful and kind-hearted Widya Rosalinda who helped me much in taking care everything in my home since the doctor advised me for having bed rest. If...(Gosh, I hate to say this...), if someday she will go away together with her future husband, what it would be? She is just so so so kind! And lucky you guys (my clever friend) who are finally able to conquer her heart! Lucky you!

Well...actually only one thing that I wanna say...I FEEL SO GREAT TODAY for finally I could have them all around me after a few days being alone at home from morning till afternoon. It's actually a family and best friends who can always cheer up our day!

(* I am still waiting for another my best friend who are going to come with a bundle of magazines in his red bag! Miss jou! And another one, with Chunky Bar and so many stories of our new project which has been started last Wednesday! He made it! So many thanks, Bro!)

Comments

Popular posts from this blog

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Witir Si Sulung

Malam Kamis kemarin, anak bujang kecil saya melakukan sesuatu yang membesarkan hati saya, ibunya. Saya seketika merasa teramat mujur. Malam itu seperti malam-malam yang lain. Pukul delapan adalah waktu tidurnya. Waktunya kami berbaring. Waktu yang selalu ia gunakan memeluk saya erat-erat. Waktunya saya tak putus-putus menciumi wajah dan kepalanya. Waktu saat saya membacakan kisah-kisah teladan Muhammad dan sahabat-sahabat beliau sebelum akhirnya ia lelap. Kami sudah di tempat tidur, berpelukan, saat ia sekonyong-konyong duduk dan bergerak turun.  "Hamzah mau ambil wudu dulu..." "O, iya...Bilal selalu melakukan itukan, ya..."ujar saya. Saya buntuti ia ke kamar mandi. Saya perhatikan dengan saksama ia membasuh wajah, tangan, kepala, telinga, dan kakinya.  Ia tersenyum.  "Witir tiga rakaat boleh, Bun?"tanyanya. Saya termangu. Ia bingung. Mengapa ibunya mendadak hening? "Bun..."panggilnya sambil menempelkan kepalanya di