Can't sleep! Sudah lewat tengah malam. Nonton? Sudah! Cuma 1 film. Cukuplah! Next? Bersih-bersih? Ngepel? Not in mood! So? Baca? Ngayal? Nee! Yang sebenar-benarnya adalah lg pengen kumpul dan ngakak-ngakak di tengah malam buta di ruang makan bermeja panjang bareng empat orang adik-adikku. Bercerita apa saja,menirukan polah unik siapa saja, lalu memukul-mukul meja tanda geli tak terperi. Pengeeeen skali. Hanya kami berlima! Hanya berlima! Aduhai waktu...! Tak bersayap memang, tetapi jelas terbang.
Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya. "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya. "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74. "Uni, bisakan kami nginap di ru
Comments
Post a Comment