
Debu letusan gunung Vesuvius menimbun kota Pompeii dengan segala isinya sedalam beberapa kaki menyebabkan kota ini hilang selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan tidak sengaja. Semenjak itu penggalian kembali kota ini memberikan pemandangan yang luar biasa terinci mengenai kehidupan sebuah kota di puncak kejayaan Kekaisaran Romawi. Saat ini kota Pompeii merupakan salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO.
Lokasi
Pompeii terletak pada koordinat 40° 45′ 2″ LU, 14° 29′ 23″ BT, sebelah  tenggara kota Napoli, dekat dengan kota modern Pompei saat ini. Kota ini  berdiri di lokasi yang terbentuk dari aliran lava ke arah utara di  hilir Sungai Sarno (zaman dulu bernama “Sarnus”). Saat ini daratan ini  agak jauh letaknya di daratan, namun dahulu merupakan daerah yang dekat  dengan pantai.
Pada abad pertama M, Pompeii hanyalah salah satu dari sekian kota  yang berlokasi di sekitar kaki Gunung Vesuvius. Wilayah ini cukup besar  jumlah penduduknya yang menjadi makmur karena daerah pertaniannya subur.  Beberapa kelompok kota kecil di sekitar Pompeii seperti Herculaneum  juga menderita kerusakan atau kehancuran oleh tragedi letusan Vesuvius.
Vesuvius mengubur kota Pompeii
Para penduduk Pompeii, seperti mereka yang hidup di daerah itu sekarang,  telah lama terbiasa dengan getaran kecil, namun pada 5 Februari 62  terjadi gempa bumi yang hebat yang menimbulkan kerusakan yang cukup  besar di sekitar teluk itu dan khususnya terhadap Pompeii. Sebagian dari  kerusakan itu masih belum diperbaiki ketika gunung berapi itu meletus.  Namun, ini mungkin merupakan sebuah gempa tektonik daripada gempa yang  disebabkan oleh meningkatnya magma yang terdapat di dalam gunung berapi.
Sebuah gempa lainnya, yang lebih ringan, terjadi pada 64, peristiwa ini dicatat oleh Suetonius dalam biografinya tentang Nero, dalam De Vita Caesarum, dan oleh Tacitus dalam Buku XV dari Annales karena hal ini terjadi ketika Nero berada di Napoli dan tampil dalam sebuah pertunjukan untuk pertama kalinya di sebuah panggung umum. Suetonius mencatat bahwa kaisar tidak memedulikan gempa itu dan terus bernyanyi hingga selesai lagunya, sementara Tacitus mencatat bahwa teater itu runtuh setelah orang-orang di dalamnya dievakuasi.
Penulis Plinius Muda menulis bahwa getaran bumi itu “tidaklah begitu menakutkan karena sering terjadi di Campania”.
Pada awal Agustus tahun 79, mata air dan sumur-sumur mengering. Getaran-getaran gempa ringan mulai terjadi pada 20 Agustus 79, dan menjadi semakin sering pada empat hari berikutnya, namun peringatan-peringatan itu tidak disadari orang, dan pada sore hari tanggal 24 Agustus, sebuah letusan gunung berapi yang mematikan terjadi. Ledakan itu merusakkan wilayah tersebut, mengubur Pompeii dan daerah-daerah pemukimanlainnya. Kebetulan tanggal itu bertepatan dengan Vulcanalia, perayaan dewa api Romawi.
Lenyap selama 16 abad
Lapisan debu tebal menutupi dua buah kota yang lokasinya dekat dengan  kaki gunung Vesuvius, sehingga kedua kota ini menjadi hilang dan  terlupakan. Kemudian kota Herculaneum ditemukan kembali pada 1738, dan  Pompeii pada 1748. Kedua kota ini digali kembali dari lapisan debu tebal  dengan membebaskan semua bangunan-bangunan dan lukisan dinding yang  masih utuh. Sebenarnya, kota ini telah ditemukan kembali pada 1599 oleh  seorang arsitek bernama Fontana yang menggali sebuah jalan baru untuk  sungai Sarno, namun membutuhkan lebih dari 150 tahun kemudian barulah  sebuah upaya/kampanye serius dilakukan untuk membebaskan kota ini dari  timbunan tanah.
Raja Charles VII dari dua Sisilia sangat tertarik dengan temuan-temuan ini bahkan hingga ia diangkat menjadi raja Spanyol. Giuseppe Fiorelli mengambil tanggung jawab ekskavasi pada 1860. Hingga saat itu Pompeii dan Herculaneum dianggap telah hilang selamanya. Di kemudian hari, Giuseppe Fiorelli adalah orang yang menyarankan penggunaan teknik injeksi plester terhadap ruangan kosong dalam tubuh korban Vesuvius yang sudah hancur untuk membentuk kembali permukaan tubuh mereka secara sempurna.
Ada teori tanpa bukti yang menyatakan bahwa Fontana menemukan beberapa fresko erotis selama penggalian yang dilakukannya, namun karena norma-norma kesopanan yang amat kuat saat itu ia mengubur fresko-fresko itu kembali. Hal ini diperkuat oleh laporan-laporan penggalian oleh tim lain sesudahnya yang menyatakan bahwa daerah galian tersebut menunjukkan suasana telah pernah digali dan dikuburkan kembali.

Forum (bangunan untuk keperluan sosial), pemandian, beberapa rumah/gedung dan sejumlah villa telah dapat diselamatkan dengan baik. Sebuah hotel (dengan luas 1000 meter persegi) ditemukan dekat dengan lokasi kota. Hotel ini lalu dinamakan “Grand Hotel Murecine”.
Fakta menyatakan bahwa Pompeii merupakan satu-satunya situs kota kuno di mana keseluruhan struktur topografinya dapat diketahui dengan pasti tanpa memerlukan modifikasi atau penambahan. Kota ini tidak dibagi sesuai dengan pola-pola kota Romawi pada umumnya dikarenakan permukaan tanah yang tidak datar (kota ini berada di kaki gunung). Namun jalan-jalan di kota ini dibuat lurus dan berpola pada tradisi murni Romawi kuno, permukaan jalan terdiri dari batu-batu poligon dan memiliki bangunan-bangunan rumah dan toko-toko di kedua sisi jalan, mengikuti decumanus dan cardusnya. Decumanus adalah jalan-jalan yang merentang dari timur ke barat, sementara cardus merentang dari utara ke selatan.
Mengulang Sejarah Kaum Sodom dan Gomorah (Kaum Nabi Luth/lot)?
Pemusnahan Pompeii dari muka bumi oleh bencana yang demikian dasyat ini  tentunya bukan tanpa maksud. Catatan sejarah menunjukkan bahwa kota  tersebut ternyata merupakan pusat kemaksiatan dan kemungkaran. Kota  tersebut dipenuhi oleh meningkatnya jumlah lokasi perzinahan atau  prostitusi. Saking banyaknya hingga jumlah rumah-rumah pelacuran tidak  diketahui. Organ-organ kemaluan pria dengan ukurannya yang asli  digantung di pintu tempat-tempat pelacuran tersebut. Menurut tradisi  ini, yang berakar pada kepercayaan Mithraic, organ-organ seksual dan  hubungan seksual sepatutnya tidaklah tabu dan dilakukan di tempat  tersembunyi, akan tetapi hendaknya dipertontonkan secara terbuka.
Lava gunung Vesuvius menghapuskan keseluruhan kota tersebut dari peta bumi dalam waktu sekejap. Yang paling menarik dari peristiwa ini adalah tak seorang pun mampu meloloskan diri dari keganasan letusan Vesuvius. Hampir bisa dipastikan bahwa para penduduk yang ada di kota tersebut tidak mengetahui terjadinya bencana yang sangat sekejap tersebut, wajah mereka terlihat berseri-seri. Jasad dari satu keluarga yang sedang asyik menyantap makanan terawetkan pada detik tersebut. Banyak sekali pasangan-pasangan yang tubuhnya terawetkan berada pada posisi sedang melakukan persetubuhan.
Yang paling mengagetkan adalah terdapat sejumlah pasangan yang berkelamin sama, dengan kata lain mereka melakukan hubungan seks sesama jenis (homoseks). Ada pula pasangan-pasangan pria dan wanita yang masih ABG. Hasil penggalian fosil juga menemukan sejumlah mayat yang terawetkan dengan raut muka yang masih utuh. Secara umum, raut-raut muka mereka menunjukkan ekspresi keterkejutan, seolah bencana yang terjadi datang secara tiba-tiba dalam sekejab.

 /
/
Beberapa gambar jasad-jasad tubuh penduduk Pompeii yang terawetkan secara alami
Aspek ini menunjukkan bahwa penghancuran Pompeii mirip dengan peristiwa-peristiwa adzab yang dikisahkan dalam Alqur’an maupun bible tentang penghancuran peradaban kaum Nabi Luth/loth yaitu Kaum Sodom dan Gomorah.
Masyarakat Sadum atau Sodom adalah masyarakat yang rendah tingkat moralnya, rusak mentalnya, tidak mempunyai pegangan agama atau nilai kemanusiaan yang beradab. Kemaksiatan dan kemungkaran merajalela dalam pergaulan hidup mereka. Pencurian dan perampasan harta milik orang lain merupakan kejadian hari-hari di mana yang kuat berkuasa, sedang yang lemah menjadi korban penindasan dan perlakuan sewenang-wenang. Maksiat yang paling menonjol yang menjadi ciri khas dan budaya hidup mereka adalah perbuatan homoseks di kalangan lelakinya dan lesbian di kalangan wanitanya.


Seorang pendatang yang masuk ke Sodom tidak akan selamat dari  gangguan mereka. Jika ia membawa barang-barang yang berharga, barangnya  akan dirampas. Bila ia melawan atau menolak menyerahkannya maka nyawanya  tidak akan selamat. Akan tetapi jika pendatang itu seorang lelaki yang  bermuka tampan dan berparas elok, maka ia akan menjadi rebutan mereka  dan akan menjadi korban perbuatan keji lelakinya. Sebaliknya bila si  pendatang itu seorang perempuan muda maka dia menjadi mangsa bagi pihak  wanitanya pula.
Note : Kisah Nabi Luth dalam Al-Quran terdapat pada 85 ayat dalam 12  surah diantaranya: Surat Al Anbiyaa’ ayat 74 dan 75, Surat Asy Syu’araa’  ayat 160 – 175, Surat Hud ayat 77 -83, Surat Al Qamar ayat 33 – 39 dan  Surat At Tahrim ayat 10.
Kisah Lot diceritakan juga dalam Kitab Kejadian 11-14 dan 19. Lot menemani Abraham dalam perjalanannya ke Mesir dan Kanaan (Kejadian 12:1-5).
(From: http://misteridunia.wordpress.com/2008/09/24/pompeii/)
Comments
Post a Comment