Skip to main content

Janji untuk Bunda

Semalam, Bunda dan jagoan kecilnya bicara dari hati ke hati. Sang Bunda mencoba dengan sekuat hati untuk tidak bersuara keras atau membentak, sebaliknya justru mendekatkan hati dengan komunikasi yang lembut. Meminta si buah hati memandang matanya ketika bicara dan menjawab semua pertanyaaan dengan jujur. Ketika si kecil berbicara, sang bunda mendengar dengan tenang. Menunjukkan bahwa beliau menghargai segala ucapannya.


Ketika giliran bunda bicara, si kecil pun mendengarkan dengan penuh perhatian. Lalu ketika bunda tak kuasa menitikkan air mata, si buah hati pun melakukan hal yang sama. Dan malam itu berakhir dengan janji untuk bunda:

"Rio janji Bun, Rio ndak main-main lagi kalo belajar di kelas. Rio akan selesaikan latihan, Rio"

"Rio cuma janji sama Bunda? Siapa yang dengar janji Rio selain Bunda?"

Jagoan kecil itu berusaha menahan air matanya yang akan jatuh.

"Allah." jawabnya.

"Pegang janji Rio, ya. Besok tunjukkan sama Bunda kalo Rio bisa menyelesaikan latiha Rio di sekolah ya. Allah juga akan liat apa Rio bisa menepati janji Rio."

Pelukan hangat Bunda dan belaian di kepala si jagoan kecil menyudahi komunikasi hati ke hati malam itu.

Satu pelajaran berharga malam itu untuk Bunda, bahwa ternyata anak-anak pun bisa diajak bicara dari hati ke hati dan mereka bisa berjanji pada dirinya sendiri untuk berubah. Hal-hal kecil tentunya, tetapi bukankah itu suatu pertanda baik? Bahwa mereka belajar untuk menjadikan diri kecil mereka bertanggung jawab atas apa yang mereka ucapkan.

*(I love you so much, Son. Jadi anak yang sholeh ya, Nak.)

Comments

Popular posts from this blog

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

The Women with Beatific Smiles

My world was filled with thousand of rainbows' colors when I saw those beatific smiles that night. I learn much from these women.