Skip to main content

Rinduku Pada Takbir

Lebaran kedua di negeri orang. Tanpa keluarga dan sanak saudara. Sebenarnya tidak separah seperti yang dibayangkan, hanya saja tetap ada kesedihan yang cukup saja rasanya dipendam dalam-dalam. Bukan pada masakan khas lebarannya, karena semua pun bisa didapatkan dengan mudah disini, dari mulai daun kunyit hingga daun salam untuk bumbu opor. Bukan juga kesedihan karena tidak bisa melihat sapi atau kambing yang dikurbankan. Tetapi lebih pada suara takbir yang menggema. Pada suasana yang dibawanya melalui corong-corong pengeras suara dari tiap masjid dan musholla. Juga pada takbir yang dilafazkan suara bariton papa dan suami tercinta.

Lebaran kedua di negeri orang. Berbeda saja. Malam ini pukul delapan, kami tidak berjalan mencari takbir. Tetapi memenuhi undangan teman-teman dari beberapa negara yang dengan sangat penuh harap agar kami bisa berkumpul bersama dalam dinginnya malam di pertengahan musim gugur, bercerita dan tertawa bersama. Sudah dua kali undangan yang lalu tak bisa dipenuhi karena Ramadhan, tetapi malam ini...penuhi saja. Mereka sudah sangat berbaik hati.

Lebaran kedua, Idul Adha 10 Dhul-Hijjah 1430 H. Senada dengan seorang teman yang mengirimkan pesannya siang ini, hanya ingin mengatakan bahwa rindunya ada pada gema takbir dan tahmid di Indonesia.....

(Untuk Mukhlis...SEMANGAT!)

(Willemsweg, Thursday, November 26, 2009 at 6:12pm)

Comments

Popular posts from this blog

Dagangan Perdana

Ini sebenarnya postingan yang seharusnya diunggah 17 Januari. Unggahan tentang keberhasilannya menjalankan bakat kisprenerushipnya. "Sayang....gimana spagetinya?" "Alhamdulillah laris manis, Bun!" "Alhamdulillah...." "Trus,spageti untuk Bu Alha gimana?" "Maaf, Bun...untuk Bu Alha dibeli sama kawan Hamzah!" "Ooo...gitu...." "Iya! Bun...uang Hamzah banyak. 24 ribu. Tapi Hamzah pusing pas kawan-kawan rebutan." Bahagianya tak terkatakan. Ibunya lebih bahagia lagi. Pagi-pagi menyiapkan semua bahan untuk jualan perdananya. Anak lanang itu sendiri yang ingin mencoba berdagang. Beberapa hari kemarin bolak-balik bertanya apa kira-kira yang pas untuk dijualnya kepada teman-teman sekelasnya. Minuman atau makanan? "Jualan spageti aja gimana, Bun? Hamzah suka kesal soalnya tiap bawa spageti ke sekolah, teman-teman suka minta. Hamzah jadi dapatnya sedikit." Dari rasa kesalnya itulah ide ...

Senin, 13 Juni 2016; 22.14 WIB

Alhamdulillah sudah ditamatkannya Iqra 1 semalam di bilangan usianya yg baru 4 tahun 3 bulan 11 hari.  Sudah dengan lancar dibacanya seluruh deretan huruf Hijaiyah dengan susunan runut, acak, maupun dr belakang. Bukan hal yg istimewa utk Musa sang Qori dari Bangka Belitung mungkin, tetapi ini menjadi berkah luar biasa untuk kami. Semoga Allah selalu memudahkanmu untuk menyerap ilmu-ilmu Islam berdasarkan Quran dan teladan Rasulullah ya, Nak. Semoga ilmu-ilmu itu nanti senantiasa menjadi suluh yg menerangi setiap langkahmu dlm menjalani kehidupan ke depan dengan atau tanpa ayah bunda. Semoga juga ilmu itu tak hanya menjadikanmu kaya sendiri, tetapi membuat orang-orang disekelilingmu pun merasakan manfaatnya karena ilmu yg bermanfaat itu adalah ilmu yg bisa diberikan dan bermanfaat bagi orang lain di luar dirimu. Allah Maha Mendengar. Dengan doa dan pinta Bunda, Allah pasti akan mengabulkannya. Amin. 😍

Tentang Ibu (1)

Ada yang berubah dari Ibu.  Perubahan yang membahagiakan. Kerinduannya yang terobati pada tanah suci, Kabah, dan makam Rasulullah telah membuat Ibu kembali seperti tahun-tahun sebelum 2016.  Ibu kembali sehat. Lahir dan batin. Setelah hampir tiga minggu Ibu bersama kami, baru malam lusa kemarin saya lama bercengkerama di kamar beliau. Izzati belum mengantuk.  Jadi sengaja saya membawa cucu bungsunya itu bermain-main di tempat tidur beliau.  Sambil bermain dengan Izzati, saya bertanya tentang banyak hal mengenai kepergiannya ke tanah suci di awal 2017 kemarin. Ibu begitu bersemangat menceritakan pengalamannya.  Posisinya yang semula duduk, berganti menjadi berdiri.  Tangannya bergerak lincah memperjelas berbagai kegiatan yang dilakukannya di sana. Matanya berbinar-binar. Air mukanya berseri-seri. Tak terbayangkan skala kebahagiaan yang melingkupi hatinya ketika menjejaki Baitullah. Ibu kami memang sudah lama sekali ingin ke Kabah. Semasa almarhum Bapak...