Skip to main content

Membarukan Hidup

Pelajaran berharga dari Mario Teguh pagi ini:

Mau membarukan hidup? Mari kita samakan pengertian! Dan melangkahlah dengan ikhlas.

1. Keluhan merupakan sebuah pengumuman akan kelemahan. Jadi, setiap orang yang mengeluh tanpa disadarinya telah mengatakan bahwa dirinya lemah dan tidak mampu melakukan inti dari keluhannya.

So? STOP COMPLAINING...!!!!
2. Jangan gunakan kesalahan orang lain disekeliling kita untuk menghukum diri kita sendiri.

Harusnya? Jadikan kesalahan dan kekurangan pribadi-pribadi di sekeliling kita sebagai cermin untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dengan mereka. Jadikan kesalahan yang dilakukan orang lain sebagai modal bagi kita untuk tidak melakukan yang sama. :)

3. Namakan setiap masalah yang kita dapatkan agar lebih mudah bagi kita untuk mencari jalan keluarnya.

4. Sambut semua orang dengan gembira. Celebrate your life! Mareeee.......:)

5. Ikhlas! Lakukan dengan hati, tidak hanya dengan mulut. (Setuju...!)

6. You cannot build a good life upon a weak soul. Maka kuatkan jiwa kita. Bangkitan sebuah kesadaran akan penting tidaknya apa yang akan kita lakukan.

*(Nijmegen, ditemani buku-buku, fruit yoghurt, counterpain, highlighters & vittel mineral)

Comments

Popular posts from this blog

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

The Women with Beatific Smiles

My world was filled with thousand of rainbows' colors when I saw those beatific smiles that night. I learn much from these women.