Skip to main content

Be Strong, Kawan.

Baru beberapa menit yang lalu mendapatkan kabar. Menyedihkan. Membuat air mata sungguh tak bisa terbendung turun. Dan tiba-tiba saja menjadi begitu bersyukur dengan nikmat sehat yang diberikan Allah SWT. Bersyukur juga tuhan memberikan kesempatan mengenalnya, tak begitu dekat, tapi kerap berkomunikasi dan berdiskusi tentang banyak hal. Tetapi kesedihan nyata diatas semua rasa syukur itu.

Seorang teman pagi ini mengabarkan bahwa salah seorang teman kami dengan rela meninggalkan pekerjaannya yang bergengsi demi menjaga dan merawat sang istri yang sedang menderita kanker dan menjaga buah hati mereka dengan tangannya sendiri. Sebelumnya, sebelum datang kabar ini, sebelum benar-benar terjadi pada orang yang ku kenal, cerita-cerita senada, sepertinya hanya sebuah fiksi. Tak peduli sebagus dan sedalam apapun sentuhan diksi yang dipilih si penulis untuk membuat hati terenyuh. Tetapi ketika membaca surat elektronik yang masuk pagi ini, jari-jariku seperti membeku di atas keyboard notebook. Layarnya menjadi kabur. Sesal pun hadir, mengapa tak menyempatkan menyapanya dan menanyakan kabar keluarganya dua bulan belakangan ini. Dan aku tak sedikitpun bertanya atau curiga, mengapa sapanya tak pernah masuk lagi ke inbox sejak akhir februari. Hanya mengira-ngira, pasti dia sangat sibuk dengan proyek-proyeknya. Tetapi perkiraan itu salah. Dan jawabnya kuterima pagi ini.

Berharap aku bisa menemuinya lagi dan menguatkan walau hanya dengan sebuah tepukan dibahunya. Be strong, kawan! Doa'ku...semoga Allah memberikan kesembuhan kepada belahan jiwamu. Amin.

(Nijmegen, Willemsweg, Monday, April 12, 2010)

Comments

Popular posts from this blog

Senin, 13 Juni 2016; 22.14 WIB

Alhamdulillah sudah ditamatkannya Iqra 1 semalam di bilangan usianya yg baru 4 tahun 3 bulan 11 hari.  Sudah dengan lancar dibacanya seluruh deretan huruf Hijaiyah dengan susunan runut, acak, maupun dr belakang. Bukan hal yg istimewa utk Musa sang Qori dari Bangka Belitung mungkin, tetapi ini menjadi berkah luar biasa untuk kami. Semoga Allah selalu memudahkanmu untuk menyerap ilmu-ilmu Islam berdasarkan Quran dan teladan Rasulullah ya, Nak. Semoga ilmu-ilmu itu nanti senantiasa menjadi suluh yg menerangi setiap langkahmu dlm menjalani kehidupan ke depan dengan atau tanpa ayah bunda. Semoga juga ilmu itu tak hanya menjadikanmu kaya sendiri, tetapi membuat orang-orang disekelilingmu pun merasakan manfaatnya karena ilmu yg bermanfaat itu adalah ilmu yg bisa diberikan dan bermanfaat bagi orang lain di luar dirimu. Allah Maha Mendengar. Dengan doa dan pinta Bunda, Allah pasti akan mengabulkannya. Amin. 😍

Hamzah di 1 Ramadan 1440

Ramadan hari pertama, Hamzah alhamdulillah dapat selesai sampai akhir. Tidak terhitung berapa kali ia menanyakan waktu berbuka. "Masih lama ya, Bun?", "Hamzah haus sekali. Gimana nih?", "Berapa jam lagi bukanya?", "Hamzah rasanya mau minum...", dan lain sebagainya.  Dengan es krim sebagai hadiah jika puasanya dapat bertahan sampai magrib, anak saleh kami itu pun kuat juga akhirnya.  Tahun lalu ia berpuasa hingga tiga hari di awal Ramadan kalau saya tidak salah. Tahun ini semoga ia bisa berpuasa hingga Ramadan usai. Kami ingin ia dapat memaknai setiap haus dan lapar yang dirasakannya dari pagi hingga menjelang matahari tergelincir di lengkung langit. Kami ingin ia dalam sebulan ini mencoba menjadi anak-anak yang tak seberuntung dirinya. Kami ingin Hamzah selalu ingat bahwa Allah telah memberikannya banyak nikmat. Kenikmatan yang tidak semua anak bisa merasakannya. Kami ingin ia bertumbuh dengan kemampuan berempati terhadap berbagai kes...

Tentang Ibu (1)

Ada yang berubah dari Ibu.  Perubahan yang membahagiakan. Kerinduannya yang terobati pada tanah suci, Kabah, dan makam Rasulullah telah membuat Ibu kembali seperti tahun-tahun sebelum 2016.  Ibu kembali sehat. Lahir dan batin. Setelah hampir tiga minggu Ibu bersama kami, baru malam lusa kemarin saya lama bercengkerama di kamar beliau. Izzati belum mengantuk.  Jadi sengaja saya membawa cucu bungsunya itu bermain-main di tempat tidur beliau.  Sambil bermain dengan Izzati, saya bertanya tentang banyak hal mengenai kepergiannya ke tanah suci di awal 2017 kemarin. Ibu begitu bersemangat menceritakan pengalamannya.  Posisinya yang semula duduk, berganti menjadi berdiri.  Tangannya bergerak lincah memperjelas berbagai kegiatan yang dilakukannya di sana. Matanya berbinar-binar. Air mukanya berseri-seri. Tak terbayangkan skala kebahagiaan yang melingkupi hatinya ketika menjejaki Baitullah. Ibu kami memang sudah lama sekali ingin ke Kabah. Semasa almarhum Bapak...