Skip to main content

20 Bulan 17 Hari yang Lalu....

Selesai membaca A Manual Method for CLI Research. Berniat membuka file Pdf yang akan dipresentasikan oleh kelompok lain pada sesi kedua esok hari, laptop malah macet. Keberatan data sepertinya. Jadilah jari-jari sibuk menari-nari pada keyboard, memilih-milih data tak penting agar bisa dibuang dan sedikit membantu kelancaran kerja lenovo ini. Sampai pada Drive D:Data2:Ilsa’s Document:The Daily Activity. Buang tidak ya? Sudah lupa isinya apa. Ketika dibuka, ada empat halaman pada microsoft word dengan tulisan pada bulan yang berbeda. Maret, Juli, Agustus, dan Oktober. Semua 2008. Tiap halaman tidak lebih dari tiga paragraf. Singkat. Hanya halaman pertama yang lebih panjang. Dan itu ditulis 20 bulan 17 hari yang lalu (kurang lebih). Membacanya...tersenyum sendiri......

Senin, 17 Maret 2008, 16.33 WIB

Tadi pulang nebeng Ricky yang kebetulan akan mengantarkan undangan ke rumah keluarganya di daerah BLK. gerimis pula. Sepanjang jalan, berceloteh, dan sedikit menginterogasi Ricky. 'Cepatlah cari istri, Ky. Tunggu apalagi? Ada tuh tetanggaku di depan SD 131 punya anak gadis dua orang. Cantik. Baik sepertinya. Batak juga! Pura-pura saja beli rokok di warungnya’. Obrolan terus berlanjut bahkan ketika melihat seorang penjual kembang tahu, seumuran Ilman, berjalan terpekur dengan pikulan dua keranjang yang menggantung pada dua ujung bilah bambu di bahu kanannya.


Hebat! ‘HEBAT’ untuk laki-laki muda seumuran adikku itu. Karena dengan upah yang pastinya tak seberapa dari kembang tahu milik orang lain, yang dijajakannya berkeliling dalam cuaca dingin, dia masih saja mau berusaha untuk mencari rezeki dari sumber yang halal. Padahal banyak pemuda seumurannya yang mengambil jalan pintas untuk menghasilkan uang berjumlah besar dalam waktu singkat. Tak sudi menjadi kuli atau pedangan asongan. gengsi! Lalu apa yang akan dilakukannya nanti? Jika kembang tahunya tak laku? Hujan. Siapa yang mau kembang tahu hujan-hujan begini? Ku lihat juga bagian bawah celana panjangnya yang digulung hingga betis. Penghematan. Jika kotor oleh cipratan lumpur dan air hujan, pasti memerlukan deterjen ekstra. Berarti uang lagi. Sementara nasib kembang tahunya sudah pasti tak bagus hari ini.

Pemuda itu menjadi cermin untukku. Bersyukur! Karena tak bernasib sama seperti dirinya. Tak perlu berpanas dan berhujan-hujanan untuk mendapatkan rupiah demi kelangsungan hidup hari ini , juga esok. Dan berbagi! Karena di dalam rezeki yang diberikan Tuhan, ada rezeki orang lain yang dititipkan-Nya melalui kita. Orang lain yang tak sama untungnya seperti kita. Mengeluarkan sebagian kecil dari rezeki untuk mereka, sungguh tidak akan mengurangi apa yang telah menjadi bagian kita. Malah Ia berjanji untuk melipatgandakannya. Dari pintu-pintu yang sama sekali tak terduga. (Mengutip apa yang selalu dikatakan suami tercinta kepadaku).

Sore ini bermakna. Satu pelajaran yang ku terima tanpa guru. Hanya melalui pandangan mata dan komunikasi dengan hati sendiri.


Usai dua kali membaca catatan kecil itu dan berdoa di dalam hati, semoga penjual kembang tahu muda itu memiliki usaha yang lebih mapan dari 20 bulan 17 hari yang lalu. Semoga Tuhan membalas kesabaran dan keuletannya dengan manis. Lalu aku kembali menimbang, apakah dibuang saja catatan kecil ini ke recycle bin? Namun urung ku lakukan. Biar saja tetap ada di laptop ini. Untuk kenang-kenangan dan satu ketika bisa dibaca lagi. Ada banyak hal didalamnya. Ada teladan yang diberikan si penjual kembang tahu muda itu untukku dan juga ada kebaikan hati Ricky yang mengantarkan sampai ke depan pagar rumah disertai titipan salam hangatnya untuk suami dan si gendut kecilku, Rio.

(Ky, tanggal 27 Desember makin menghampiri. Selamat ya! Bahagia selalu....)

(Willemsweg, Friday, December 4, 2009 at 12:48am)

Comments

Popular posts from this blog

Friends of Mine

They are special, They are friends of mine, Who coloring my life canvas with thousand rainbows, even in the winter... when the snowstorm said hello out side the window, and the Holland's skies were gray, it's my friends who make the snow turns to sunlight, and bring blue to my sky. *( Hanya berselang beberapa jam dari Mario Teguh. Melintas bayangan kebersamaan dari Manggarai-Bandung, Manggarai-Depok, Soekarno-Hatta-Schiphol, Amsterdam-Zurich, Eindhoven-Paris, Nijmegen-Achen,etc...! With love and laugh, for sure...... )

Sampai Jumpa, Angga

Sabtu pagi, 24 Mei 2020, pukul 07.22 ia masih melakukan panggilan video ke ponselku, namun tak terangkat. Kami bertemu dalam panggilan video selanjutnya melalui ponsel ibuku sekitar pukul 09.00 di rumah Jatra, rumah yang melengkapi puzzle masa kecilnya, rumah tempat ia pulang tiga tahun lalu. Ada yang berbeda pada wajahnya di lebaran pertama itu. Lebih tirus dan pasi. Kulihat kilauan buliran keringat di keningnya. Rambutnya basah. Jelas ia sedang tidak begitu sehat. Pun begitu, setiap kata, senyum, dan deraian tawanya tetap menyegarkan. Kami saling memohon maaf. Ia berbicara sambil merangkul maminya.  "Uni, maafkan Angga lahir batin ya, Ni. Insyaallah kita nanti ketemu di Jambi,"ucapnya sembari melambaikan tangan gempalnya.  "Iya. Uni tunggu, ya." "Insyaallah, Ni,"pungkasnya sebelum ia menepi dan membiarkan maminya berbicara. Sapa, maaf, dan tawa mengalir ke satu-persatu pasukan Pakis 74.  "Uni, bisakan kami nginap di ru

The Women with Beatific Smiles

My world was filled with thousand of rainbows' colors when I saw those beatific smiles that night. I learn much from these women.