Batuk pilek membuat saya harus rela tidur berjauhan dari Hamzah. Batuk pilek juga membuat saya lebih cerewet mengingatkan Rio untuk tidak dekat-dekat dan menempelkan bibir atau pipinya ke si adik. Semalam, antara sadar dan tidak saya mendengar suami bersin-bersin dengan meriahnya dan segerobak (lebay sih....) tisu teronggok di keranjang sampah. Lalu paginya, ketika beliau akan masuk ke kamar dimana Hamzah diungsikan, saya langsung mengingatkan untuk tidak menggendong atau mencium si arjuna. Terdengar sadis memang, tetapi harus dilakukan, karena saya betul-betul tidak tega melihat Hamzah pilek dan batuk seperti minggu lalu. Alhamdulilah, pileknya sudah sembuh, tetapi batuknya masih menyisakan sedikit suara grok-grok setiap kali bernafas dan sesekali batuk kecil. Semoga besok sudah hilang batuknya ya, Son.
Masalah yang muncul ketika Hamzah tidak berada disisi saya malam hari adalah nyeri yang bukan main pada payudara ketika bangun pagi hari karena ASI yang sudah penuh. Maka ritual pagi dimulai dengan membersihkan diri, tangan, mengganti pakaian, dan mengenakan masker sebelum menyusukan Hamzah. Usai jagoan saya sarapan, gantian pompa ASI yang memerah seluruh ASI yang tersisa, memasukkannya langsung ke dalam botol-botol yang telah disiapkan dan alhamdulilah pagi ini bisa dapat lebih kurang 400 cc. Lega rasanya tetap bisa memberikan ASI, meskipun si bunda harus ke kantor dan baru bisa pulang menjelang makan siang nanti. Paling tidak, sedikit rasa bersalah karena harus meninggalkan si kecil di rumah terbayar. Walaupun tak terbayar lunas. Karena bagaimanapun yang paling baik tentunya tetap berada disampingnya dan memberikan ASI fresh from my breast whenever he needs it.

Comments
Post a Comment