3.25. Fajr Adzan (shubuh).
Adzan pada 2 hari menjelang Ramadhan pada bulan ke delapan yang akan bergulir ke penghujung 2010. Cukup mengusik hati ketika tangan masih kletak kletuk menyiksa tuts-tuts keyboard ideapad, menulis fiksi-fiksi (sebagian besar merupakan utang dengan diri sendiri) dan berselancar dari satu website ke website lain, dari satu blog ke blog lain. Lalu adzan membuat tangan beku. Sebuah pertanyaan bisu muncul dan hanya terbaca dengan hati.

Apa yang sudah ku lakukan dari Ramadhan tahun lalu hingga menjelang Ramadhan tahun ini?
TERDIAM! Entahlah!
Yang pasti secara spiritual tidak banyak perubahan yang berarti atau malah tak berubah sama sekali, bahkan kemungkinan besar berkurang, jauh merosot. Ya...sepertinya sungguh jauh merosot!
Jangankan serius dengan amalan sunat, amalan wajib pun sering kali tak sepenuh hati dilakukan. Berlari-lari mengejar, meluruhkan kewajiban disaat waktu tak banyak tinggal. Berdoa dalam senang? Kebanyakan justru berurai air mata disaat kesempitan dan masalah menyapa, padahal semua masalah itu berawal dari diri sendiri. Lalu saat Tuhan membuat semuanya menjadi terang, justru tawa mengalahkan doa.
Untunglah Tuhan berbeda dengan makhluknya. IA sungguh tak pernah menghakimi setiap tangis dan air mata hambanya dengan sebutan air mata buaya, pun ketika hambanya datang disaat ia hanya butuh. Lalu pergi tanpa bilang apa-apa ketika IA bereskan semuanya. Mungkin saat itu Tuhan bergumam, pergilah...sejauh apapun kau pergi....toh akan tetap kembali kepada-KU, sekuat apapun tawamu, pada akhirnya AKU jua yang kau tuju disaat tangismu pecah. AKULAH TEMPAT KEMBALIMU.
Dan Ramadhan ini, dengan segenap hati ku bermohon. Kiranya Tuhanku sudi tersenyum dan mengamini kesungguhanku untuk kembali mencoba serius mendekatkan diri kepada-Nya. Amin.
Adzan pada 2 hari menjelang Ramadhan pada bulan ke delapan yang akan bergulir ke penghujung 2010. Cukup mengusik hati ketika tangan masih kletak kletuk menyiksa tuts-tuts keyboard ideapad, menulis fiksi-fiksi (sebagian besar merupakan utang dengan diri sendiri) dan berselancar dari satu website ke website lain, dari satu blog ke blog lain. Lalu adzan membuat tangan beku. Sebuah pertanyaan bisu muncul dan hanya terbaca dengan hati.

Apa yang sudah ku lakukan dari Ramadhan tahun lalu hingga menjelang Ramadhan tahun ini?
TERDIAM! Entahlah!
Yang pasti secara spiritual tidak banyak perubahan yang berarti atau malah tak berubah sama sekali, bahkan kemungkinan besar berkurang, jauh merosot. Ya...sepertinya sungguh jauh merosot!
Jangankan serius dengan amalan sunat, amalan wajib pun sering kali tak sepenuh hati dilakukan. Berlari-lari mengejar, meluruhkan kewajiban disaat waktu tak banyak tinggal. Berdoa dalam senang? Kebanyakan justru berurai air mata disaat kesempitan dan masalah menyapa, padahal semua masalah itu berawal dari diri sendiri. Lalu saat Tuhan membuat semuanya menjadi terang, justru tawa mengalahkan doa.
Untunglah Tuhan berbeda dengan makhluknya. IA sungguh tak pernah menghakimi setiap tangis dan air mata hambanya dengan sebutan air mata buaya, pun ketika hambanya datang disaat ia hanya butuh. Lalu pergi tanpa bilang apa-apa ketika IA bereskan semuanya. Mungkin saat itu Tuhan bergumam, pergilah...sejauh apapun kau pergi....toh akan tetap kembali kepada-KU, sekuat apapun tawamu, pada akhirnya AKU jua yang kau tuju disaat tangismu pecah. AKULAH TEMPAT KEMBALIMU.
Dan Ramadhan ini, dengan segenap hati ku bermohon. Kiranya Tuhanku sudi tersenyum dan mengamini kesungguhanku untuk kembali mencoba serius mendekatkan diri kepada-Nya. Amin.
Comments
Post a Comment