Saya 'jatuh cinta' pada sosok almarhum ketika pertama kali melihat beliau dalam sebuah acara dialog interaktif di Metro TV yang melibatkan berbagai komponen masyarakat, pejabat, dan petinggi negara dari segala bidang dan ahli di dunia mereka masing-masing. Jika saya tidak salah ingat, pada acara tersebut (sayang saya lupa nama acara itu) hadir Yusril Ihza Mahenda, Yusuf Kalla, dll. Topik dialog saat itu berkaitan dengan beberapa aspek penting yang harus diperhatikan dan dibenahi demi kemakmuran rakyat dan kemajuan negara. Lalu mengapa saya bisa 'suka' pada sosoknya? Bagaimana mungkin saya bisa tidak suka dan jatuh hati? Saya melihat seseorang yang pintar, cerdas, kritis, dan apa adanya. Di dalam tayangan yang saya tonton malam itu, almarhum mengeluarkan suaranya, memberikan pandangan yang dalam dengan uraian yang lugas tentang permasalahan yang sedang dihadapi negara RI berkaitan dengan BBM dan subsidi yang diberikan pemerintah, berikut ia tuturkan juga solusi yang seharusnya dilakukan. Saat itu saya tidak ngeh sama sekali jika ia seorang Wamen ESDM, tetapi saya sungguh tahu bahwa ia adalah ahli dalam bidang ESDM melalui penjelasannya yang terang benderang. Ia tahu persis sumber energi dan mineral berikut kisaran jumlahnya di perut bumi Indonesia, pun ia juga yang membuka mata saya bahwa sebenarnya kandungan minyak bumi kita tak seberapa dibandingan sumber energi lain yang melimpah ruah tetapi entah mengapa pemerintah seperti tak berniat memanfaatkannya. Belakangan ketika kasak-kusuk penggantian BBM ke BBG, saat beliau disorot oleh wartawan karena telah terlebih dulu melakukan penggantian BBM ke BBG pada kendaraannya, baru saya tahu ternyata beliau adalah Wamen ESDM. Di lain hari, lain waktu, kapan saja beliau muncul di TV dengan rambut gondrongnya dan senyumnya yang khas itu, saya akan menyimak apa yang dikatakannya dengan seksama. Saya merasa mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru dari apa yang dikatakannya.
Dan malam ini, saya membuka beberapa surat kabar elektonik. Di Republika Online, saya temukan satu artikel yang berisikan surat elektroniknya yang terakhir yang dikirim ke mailing list ikatan alumni ITB. Saya baca, lalu saya bergumam di dalam hati....beliau orang baik.
Selamat jalan Pak Wid yang bersahaja.

Surat Terakhir Pak Wid
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/04/22
Kalau kita menyayangi orang-orang yang kita pimpin, Insya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang akan menunjukkan cara untuk membuat mereka dan kita lebih baik. Tuhan itu Maha Pencipta, segala kehendak-Nya terjadi.
Saya biasa tidur jam 20.00 WIB dan bangun jam 02.00 WIB pagi lalu Salat malam dan meditasi serta ceragem sekitar 30 menit, lalu buka komputer buat tulisan atau nulis email.
Dalam meditasi biasa menyebutkan: ''Tuhan Engkau Maha Pengasih dan Penyayang, aku sayang kepadaMu dan sayangilah aku. Tuhan Engkau Maha Pencipta, segala kehendak-Mu terjadi''
Lalu, saya memohon apa yang saya mau (dan diakhiri dgn mengucap) ''Terima kasih Tuhan atas karuniaMu.''
Subuh saya Sholat di Mesjid sebelah rumah lalu jalan kaki dari Ciragil ke Taman Jenggala (pp sekitar 4 kilometer). Saya menyapa Satpam, Pembantu dan Orang Jualan yang saya temui di jalan dan akibatnya saya juga disapa oleh yang punya rumah (banyak Pejabat, Pengusaha dan Diplomat).
Sehingga, saya memulai setiap hari dengan kedamaian dan optimisme karena saya percaya bahwa apa yang Dia kehendaki terjadi dan saya selain sudah memohon dan bersyukur juga menyayangi ciptaan-Nya dan berusaha membuat keadaan lebih baik.
Comments
Post a Comment