Anak bujang kecil saya bersender pada dinding kamar dengan sarung ungunya yang telah rapi terpasang. "Bunda, Rio malas nian liat kawan Rio ini. Masak dia itu suka minta imbalan." "Imbalan apa, Nak?" Alis matanya seakan bertaut, keningnya sedikit berkerut. "Kan gini critanya...dia kemarin nawarin Rio es. Rio ambilan segigitan. Trus tadi waktu Rio makan kue, masak dia bilang gini....Rio mintalah kuenya. Kemarin kan Rio kami kasi es. Itu kan namanya minta pamrih, Bun. Dak boleh lah gitu. Ya kan, Bun?" Senyum saya mengembang. "Iya. Dak boleh seperti itu, Nak. Kita dak boleh mengungkit-ungkit apa yang sudah kita kasi ke orang lain." Bujang kecilku bersungut-sungut. Mungkin wajah temannya itu masih terbayang di matanya. "Tu lah...! Kawan Rio tu suka gitu. Malas Rio jadinya."keluhnya lagi. "Besok Rio bilang sama kawan Rio itu. Kalo mau, minta aja. Jangan pake diungkit-ungkit apa yang sudah dikasinya ke Rio. ...
"If you would be happy for a lifetime, grow Chrysanthemums," (an ancient Chinese philosopher)