Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2016

Lima Bulanmu

Lima bulan, Nak. Alhamdulillah anggota gerak badanmu sudah jelas terlihat. Detak jantungmu bahkan dari bulan kedua kau menghuni rahim bunda, sudah terdengar keras melalui pengeras suara USG dr. Suhair. Dari suara detak jantungmu dan ukuran kepala serta tubuhmu, dokter menyimpulkan kau aman dan sehat di dalam. Syukurlah. Tetapi kami belum tahu apa engkau laki-laki atau perempuan.  Namun tak masalah. Banyak yg mendoakan kami mendapatkan seorang bayi perempuan.  Amin. Tak sedikit juga yang mengira-ngira bahwa dari roman bundamu yg tak hobi dandan di awal kehamilan, lalu melihat wajah abangmu yang tak banyak berubah (entahlah apa hubungannya), mereka berpikir engkau akan berjenis kelamin sama dengan abang dan ayahmu. Amin juga. Bagi kami yang paling penting adalah engkau terlahir sehat tanpa kurang suatu apa.  Bagi kami, Nak...laki-laki atau perempuan adalah hak Allah untuk menetapkan.  Kami benar-benar meyakini itu seribu persen.  Terpenting adalah bagaimana kami bisa menjagamu dan aba

Kicauan Asma

Tidak setiap cinta harus diterima. Sebab cinta juga ujian-Nya, godaan yang membuat kita lupa dengan cinta setia yang menunggu kita di rumah. ‪#‎ Twitografi‬ ‪#‎ AsmaNadia‬ *Bingung saya mau menulis apa untuk mengomentari kicauan pengarang yang satu ini, karena tidak semua yang dijatuhi cinta ketika sudah ada cinta setia yang di rumah, menganggap bahwa cinta itu ujian.  Sebaliknya banyak yang menganggap cinta di luar rumah itu adalah anugerah.  Terlepas si cinta yang di rumah itu setia sampai mati, atau bahkan si cinta yang di rumah itu juga sudah pernah hampir mati di depan matanya demi si dia juga, tetapi cinta itu tetap saja anugerah dan harus disyukuri.  Lalu mengapa tidak dinikmati selama si cinta yg di rumah yg biasanya, jamaknya, setia dalam segala kekurangannya belum terusik dengan kekuatan indra keenamnya.  Banyak kisah, banyak cerita, membuat saya yakin bahwa cinta di luar rumah itu adalah bonus berhadiah!  #satire

Cerita Hujan

Pulang dalam lebat hujan untuk saya bukan sesuatu yang menyenangkan.  Saya mencintai hujan hanya dulu, ketika masih kecil, kalau sekarang saya hanya suka menikmati hujan dari balik kaca jendela kamar saja.  Kecuali yang satu ini, aroma tanah pada hujan pertama, naaah....ini yang masih awet sampai sekarang. Bicara tentang hujan.  Kembali ke kalimat awal saya di atas.  Pulang dalam lebatnya hujan itu, walaupun saya terlindungi dari basah karena berada di dalam mobil, bukanlah sesuatu yang saya sukai.  Alasannya? Karena di dalam hujan itu, mata saya yang suka melihat apa saja diluar sana akan menemui beberapa hal yang membuat hati saya nyeri. Pertama, seperti minggu lalu, saya melihat penjual tekwan di jalan mendaki menarik gerobak tekwannya dengan bersusah payah, melawan licinnya aspal akibat air yang mengalir cepat diatasnya, topi petnya basah, badannya ditutupinya dengan plastik transparan hingga lutut.  Berulang kali kepalanya digerakkannya dengan cepat ke kanan dan ke kiri